
Kabar Gembira! Harga Batu Bara pada Level Harga Tertinggi
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
26 April 2019 08:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman April di bursa Intercontinental Exchange (ICE) ditutup menguat 0,95% ke posisi US$ 85,45/metrik ton pada perdagangan Kamis (25/4/2019).
Penguatan yang sudah berlangsung selama tiga hari beruntun tersebut telah membawa harga batu bara ke level tertingginya sejak 29 Maret 2019.
Dalam sepekan, harga batu bara telah mampu naik sebesar 1,18% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun masih tercatat lebih rendah 16,27%.
Faktor kuat yang memberikan dorongan pada pergerakan harga adalah peningkatan impor China atas batu bara Australia.
Berdasarkan data dari bea cukai China (General Administration of Customs/GAC), impor batu bara kokas dari Negeri Kanguru meningkat hingga 68% YoY pada bulan Maret.
Disamping itu pengiriman batu bara dari Rusia juga naik menjadi 417,6 ribu ton, atau lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Secara umum, impor batu bara kokas China pada bulan Maret meningkat hingga 53%. Hal itu terjadi karena proses pemeriksaan bea cukai (custom clearence) yang telah selesai.
Sebagai informasi, sejak awal tahun 2019, pemerintah China memberlakukan aturan baru pemeriksaan batu bara impor di beberapa pelabuhan utama. Dari yang semula hanya memakan waktu 20 hari, ditingkatkan menjadi sekitar 40 hari. Beberapa perusahaan kargo mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut hanya berlaku bagi batu bara asal Australia.
Alhasil sejak saat itu banyak batu bara impor yang menumpuk di pelabuhan, menunggu untuk diloloskan. Pada bulan Maret proses pemeriksaan telah selesai, membuat banyak batu bara yang masuk.
Dengan begini, permintaan dari China diprediksi akan kembali meningkat, setidaknya untuk jangka pendek.
Apalagi sekarang peraturan keselamatan di tambang-tambang batu bara lokal provinsi Shaanxi semakin ketat, menyusul kecelakaan yang menewaskan 21 orang pada awal Januari silam. Hal tersebut akan menghambat proses produksi batu bara.
China yang merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia sudah tentu akan memberi pengaruh pada keseimbangan fundamental di pasar global. Pergerakan harga pun berpotensi naik lebih tinggi.
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Penguatan yang sudah berlangsung selama tiga hari beruntun tersebut telah membawa harga batu bara ke level tertingginya sejak 29 Maret 2019.
Dalam sepekan, harga batu bara telah mampu naik sebesar 1,18% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun masih tercatat lebih rendah 16,27%.
Faktor kuat yang memberikan dorongan pada pergerakan harga adalah peningkatan impor China atas batu bara Australia.
Berdasarkan data dari bea cukai China (General Administration of Customs/GAC), impor batu bara kokas dari Negeri Kanguru meningkat hingga 68% YoY pada bulan Maret.
Disamping itu pengiriman batu bara dari Rusia juga naik menjadi 417,6 ribu ton, atau lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Secara umum, impor batu bara kokas China pada bulan Maret meningkat hingga 53%. Hal itu terjadi karena proses pemeriksaan bea cukai (custom clearence) yang telah selesai.
Sebagai informasi, sejak awal tahun 2019, pemerintah China memberlakukan aturan baru pemeriksaan batu bara impor di beberapa pelabuhan utama. Dari yang semula hanya memakan waktu 20 hari, ditingkatkan menjadi sekitar 40 hari. Beberapa perusahaan kargo mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut hanya berlaku bagi batu bara asal Australia.
Alhasil sejak saat itu banyak batu bara impor yang menumpuk di pelabuhan, menunggu untuk diloloskan. Pada bulan Maret proses pemeriksaan telah selesai, membuat banyak batu bara yang masuk.
Dengan begini, permintaan dari China diprediksi akan kembali meningkat, setidaknya untuk jangka pendek.
Apalagi sekarang peraturan keselamatan di tambang-tambang batu bara lokal provinsi Shaanxi semakin ketat, menyusul kecelakaan yang menewaskan 21 orang pada awal Januari silam. Hal tersebut akan menghambat proses produksi batu bara.
China yang merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia sudah tentu akan memberi pengaruh pada keseimbangan fundamental di pasar global. Pergerakan harga pun berpotensi naik lebih tinggi.
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Most Popular