
Laporan Keuangan Garuda Janggal, Antam Siap Akuisisi Vale
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
25 April 2019 08:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan kemarin, Rabu (24/4/2019) dengan pelemahan 0,45% ke level 6.433,97 kendati di awal perdagangan sempat diperdagangkan menguat.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) 7,02%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 1,22%, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) 3,24%, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) -2%, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 5,68%.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,27%, indeks Hang Seng turun 0,53%, dan indeks Kospi turun 0,88%.
CNBC Indonesia merangkum peristiwa dan aksi emiten yang layak dicermati pelaku pasar sebelum perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2019), dibuka.
1. Laporan Janggal Keuangan Garuda
Laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dipertanyakan. Bahkan dua komisaris perseroan itu, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, menolak membubuhkan tanda tangan dalam laporan tersebut.
Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61%. Laporan itu sendiri mencatatkan laba bersih senilai US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000).
Polemik penolakan laporan bermula dengan beredarnya sejumlah dokumen internal Garuda Indonesia di kalangan awak media.
Pangkal persoalannya yang memicu polemik adalah adanya pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia. Manajemen Garuda Indonesia mengklaim pendapatan dari Mahata sebesar US$ 239.940.000, yang di antaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang didapat dari PT Sriwijaya Air.
Transaksi itu dinilai tidak sesuai dengan kaidah pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23.
2. Tertekan Kurs, Bakrie & Brothers Merugi Rp 1,26 T
Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kembali membukukan kerugian dengan nilai mencapai Rp 1,26 triliun. Berarti perusahaan resmi menorehkan rapor merah 4 tahun beruntun.
Kinerja ini sungguh disayangkan, pasalnya total pendapatan perusahaan tahun lalu melesat 35,81% year-on-year (YoY), di mana ini adalah laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Sepanjang tahun 2018, BNBR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 2,46 triliun. Sektor manufaktur dan infrastruktur masih mendominasi dengan proporsi mencapai 80,21%, diikuti oleh jasa pabrikasi & konstruksi (16,12%), dan sektor perdagangan, jasa, investasi (3,67%).
3. Penjualan Mobil Turun, Laba Astra Q1 Hanya Naik 5% Jadi Rp 5T
Laba bersih PT Astra International Tbk (ASII) pada kuartal I-2019 naik tipis sebesar 5% dari periode yang sama tahun lalu. Kinerja anak usaha dari sektor otomotif dan agribisnis yang tertekan membuat kinerja Grup Astra agak terganggu.
Berdasarkan siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, laba bersih Astra mencapai Rp 5,22 triliun, naik 5% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 sebesar Rp 4,98 triliun.
Pendapatan perseroan selama 3 bulan pertama tahun ini naik 7% menjadi Rp 59,61 triliun, dari sebelumnya Rp 55,82 triliun.
4. BRI Bukukan Laba Rp 8,2 T di Kuartal I-2019, Naik 10,42%
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) berhasil membukukan laba bersih di kuartal I-2019 sebesar Rp 8,2 triliun. Perolehan laba ini naik 10,42% dari periode yang sama di tahun 2018 lalu yang sebesar Rp 4,2 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja BRI Kuartal I-2019 di Gedung BRI, Rabu (24/4/2019).
"BRI mencatatkan kredit yang tumbuh 12,91% menjadi Rp 855,47 triliun di kuartal I-2019," kata Sunarso.
Kenaikan laba bersih perseroan ditopang juga oleh pendapatan non bunga atau fee based income yang tumbuh 16,49% menjadi Rp 3,14 triliun. Sementara total aset BRI tercatat Rp 1.279 triliun naik 14,35% di kuartal I-2019.
5. Jadikah Antam Akuisisi Vale? Ini Jawabannya
Emiten produsen nikel, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyatakan siap mengakuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) jika mendapat amanah dari induk holding tambang, PT Inalum maupun pemerintah untuk melakukan aksi korporasi tersebut.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2018, di Hotel Borobudur, Jakarta. Hanya saja, kata Arie, saat ini pihaknya masih dalam tahap penjajakan untuk mengakuisisi Vale.
"Divestasi Vale masih dalam penjajakan tapi masih belum ada deal apapun, Antam siap aja dapat amanah holding atau pemerintah, kementerian BUMN untuk mengakuisisi atau divestasi Vale," kata Arie, Rabu (24/4/2019).
(prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) 7,02%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 1,22%, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) 3,24%, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) -2%, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 5,68%.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,27%, indeks Hang Seng turun 0,53%, dan indeks Kospi turun 0,88%.
1. Laporan Janggal Keuangan Garuda
Laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dipertanyakan. Bahkan dua komisaris perseroan itu, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, menolak membubuhkan tanda tangan dalam laporan tersebut.
Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61%. Laporan itu sendiri mencatatkan laba bersih senilai US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000).
Polemik penolakan laporan bermula dengan beredarnya sejumlah dokumen internal Garuda Indonesia di kalangan awak media.
Pangkal persoalannya yang memicu polemik adalah adanya pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia. Manajemen Garuda Indonesia mengklaim pendapatan dari Mahata sebesar US$ 239.940.000, yang di antaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang didapat dari PT Sriwijaya Air.
Transaksi itu dinilai tidak sesuai dengan kaidah pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23.
2. Tertekan Kurs, Bakrie & Brothers Merugi Rp 1,26 T
Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kembali membukukan kerugian dengan nilai mencapai Rp 1,26 triliun. Berarti perusahaan resmi menorehkan rapor merah 4 tahun beruntun.
Kinerja ini sungguh disayangkan, pasalnya total pendapatan perusahaan tahun lalu melesat 35,81% year-on-year (YoY), di mana ini adalah laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Sepanjang tahun 2018, BNBR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 2,46 triliun. Sektor manufaktur dan infrastruktur masih mendominasi dengan proporsi mencapai 80,21%, diikuti oleh jasa pabrikasi & konstruksi (16,12%), dan sektor perdagangan, jasa, investasi (3,67%).
3. Penjualan Mobil Turun, Laba Astra Q1 Hanya Naik 5% Jadi Rp 5T
Laba bersih PT Astra International Tbk (ASII) pada kuartal I-2019 naik tipis sebesar 5% dari periode yang sama tahun lalu. Kinerja anak usaha dari sektor otomotif dan agribisnis yang tertekan membuat kinerja Grup Astra agak terganggu.
Berdasarkan siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, laba bersih Astra mencapai Rp 5,22 triliun, naik 5% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 sebesar Rp 4,98 triliun.
Pendapatan perseroan selama 3 bulan pertama tahun ini naik 7% menjadi Rp 59,61 triliun, dari sebelumnya Rp 55,82 triliun.
4. BRI Bukukan Laba Rp 8,2 T di Kuartal I-2019, Naik 10,42%
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) berhasil membukukan laba bersih di kuartal I-2019 sebesar Rp 8,2 triliun. Perolehan laba ini naik 10,42% dari periode yang sama di tahun 2018 lalu yang sebesar Rp 4,2 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja BRI Kuartal I-2019 di Gedung BRI, Rabu (24/4/2019).
"BRI mencatatkan kredit yang tumbuh 12,91% menjadi Rp 855,47 triliun di kuartal I-2019," kata Sunarso.
Kenaikan laba bersih perseroan ditopang juga oleh pendapatan non bunga atau fee based income yang tumbuh 16,49% menjadi Rp 3,14 triliun. Sementara total aset BRI tercatat Rp 1.279 triliun naik 14,35% di kuartal I-2019.
5. Jadikah Antam Akuisisi Vale? Ini Jawabannya
Emiten produsen nikel, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyatakan siap mengakuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) jika mendapat amanah dari induk holding tambang, PT Inalum maupun pemerintah untuk melakukan aksi korporasi tersebut.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2018, di Hotel Borobudur, Jakarta. Hanya saja, kata Arie, saat ini pihaknya masih dalam tahap penjajakan untuk mengakuisisi Vale.
"Divestasi Vale masih dalam penjajakan tapi masih belum ada deal apapun, Antam siap aja dapat amanah holding atau pemerintah, kementerian BUMN untuk mengakuisisi atau divestasi Vale," kata Arie, Rabu (24/4/2019).
(prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular