
Tertekan Rugi Kurs, Bakrie & Brothers Merugi Rp 1,26 T
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 April 2019 17:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kembali membukukan kerugian dengan nilai mencapai Rp 1,26 triliun. Berarti perusahaan resmi menorehkan rapor merah 4 tahun beruntun.
Kinerja ini sungguh disayangkan, pasalnya total pendapatan perusahaan tahun lalu melesat 35,81% year-on-year (YoY), dimana ini adalah laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Sepanjang tahun 2018, BNBR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 2,46 triliun.
Sektor manufaktur dan infrastruktur masih mendominasi dengan proporsi mencapai 80,21%, diikuti oleh jasa pabrikasi & konstruksi (16,12%), dan sektor perdagangan, jasa, investasi (3,67%).
Selain itu, pada 2018 perusahaan juga berhasil menekan beban pokok (pendapatan) serta beban umum (dan administrasi). Atas capaiannya ini, BNBR berhasil membukukan laba usaha hingga Rp 84,15 miliar, Padahal sebelumnya di tahun 2017 perusahaan menorehkan rugi usaha mencapai Rp 105,58 miliar.
Akan tetapi, laba usaha tersebut terpangkas karena tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kerugian atas selisih kurs tahun lalu, naik hingga dua belas kali lipat dan tercatat Rp 708,62 miliar dari tahun 2017 yang tercatat rugi Rp 54 miliar.
Kinerja bottom line (laba) BNBR semakin diperparah karena meskipun turun 11,92% YoY, kerugian atas perubahan nilai wajar instrumen derivatif masih relatif tinggi di level Rp 524,03 miliar.Selain itu biaya beban bunga (dan keuangan) juga masih relatif besar dan tercatat Rp 363,01 miliar.
Biaya restrukturisasi bagai pedang bermata dua pada pembukuan kinerja keuangan tahun lalu.
Jika biaya restrukturisasi sama seperti tahun 2017, maka beban bunga yang tercatat tahun lalu hanya sekitar Rp 230 miliar.
Namun, jika perusahaan tidak gencar merestrukturisasi utangnya, maka tahun 2018 nilai ekuitas perusahaan akan tetap negatif.
Sebagai informasi, tahun lalu BNBR giat merestrukturisasi utang-utang-nya dengan menempuh metode konversi obligasi menjadi saham perusahaan. Alhasil nilai ekuitas BNBR tahun 2018 sebesar Rp 2,69 triliun, kembali positif setelah sejak tahun 2013 selalu minus.
Di lain pihak, kinerja laba rugi BNBR memang mengecewakan, tapi perusahaan setidaknya berusaha memperbaiki kinerja neracanya.
Tidak hanya nilai ekuitas yang membaik, total aset perusahaan juga tumbuh hampir dua kali lipat dari Rp 7,27 triliun menjadi Rp 14,34 triliun. Peningkatan pada aset perusahaan dikarenakan investasi jangka pendek yang dilakukan oleh Fitzroy Offshore Ltd, perusahaan konstruksi asal Selandia Baru.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Bertahun Merugi, 2019 Bakrie & Brothers Cetak Laba Rp 850 M
Kinerja ini sungguh disayangkan, pasalnya total pendapatan perusahaan tahun lalu melesat 35,81% year-on-year (YoY), dimana ini adalah laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Sepanjang tahun 2018, BNBR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 2,46 triliun.
Sektor manufaktur dan infrastruktur masih mendominasi dengan proporsi mencapai 80,21%, diikuti oleh jasa pabrikasi & konstruksi (16,12%), dan sektor perdagangan, jasa, investasi (3,67%).
Akan tetapi, laba usaha tersebut terpangkas karena tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kerugian atas selisih kurs tahun lalu, naik hingga dua belas kali lipat dan tercatat Rp 708,62 miliar dari tahun 2017 yang tercatat rugi Rp 54 miliar.
Kinerja bottom line (laba) BNBR semakin diperparah karena meskipun turun 11,92% YoY, kerugian atas perubahan nilai wajar instrumen derivatif masih relatif tinggi di level Rp 524,03 miliar.Selain itu biaya beban bunga (dan keuangan) juga masih relatif besar dan tercatat Rp 363,01 miliar.
Biaya restrukturisasi bagai pedang bermata dua pada pembukuan kinerja keuangan tahun lalu.
Jika biaya restrukturisasi sama seperti tahun 2017, maka beban bunga yang tercatat tahun lalu hanya sekitar Rp 230 miliar.
Namun, jika perusahaan tidak gencar merestrukturisasi utangnya, maka tahun 2018 nilai ekuitas perusahaan akan tetap negatif.
Sebagai informasi, tahun lalu BNBR giat merestrukturisasi utang-utang-nya dengan menempuh metode konversi obligasi menjadi saham perusahaan. Alhasil nilai ekuitas BNBR tahun 2018 sebesar Rp 2,69 triliun, kembali positif setelah sejak tahun 2013 selalu minus.
Di lain pihak, kinerja laba rugi BNBR memang mengecewakan, tapi perusahaan setidaknya berusaha memperbaiki kinerja neracanya.
Tidak hanya nilai ekuitas yang membaik, total aset perusahaan juga tumbuh hampir dua kali lipat dari Rp 7,27 triliun menjadi Rp 14,34 triliun. Peningkatan pada aset perusahaan dikarenakan investasi jangka pendek yang dilakukan oleh Fitzroy Offshore Ltd, perusahaan konstruksi asal Selandia Baru.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Bertahun Merugi, 2019 Bakrie & Brothers Cetak Laba Rp 850 M
Most Popular