Duh! Masih Pagi, Rupiah Sudah Terlemah Kedua di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2019 08:51
Duh! Masih Pagi, Rupiah Sudah Terlemah Kedua di Asia
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah langsung terdepresiasi melawan dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar spot hari ini. Mata uang Garuda melemah 0,11% ke level Rp 14.085/dolar AS.

Sejatinya, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua. Kinerja rupiah hanya lebih baik dari peso yang melemah sebesar 0,12%.



Sinyal bahwa mata uang negara-negara kawasan Asia akan dilego oleh investor pada hari ini sudah terlihat sedari subuh, kala indeks dolar AS menguat di kisaran 0,3%. Ribut-ribut AS dengan Uni Eropa di bidang perdagangan membuat dolar AS selaku safe haven laris manis.

Belum juga perang dagang AS-China bisa diselesaikan, kini pelaku pasar keuangan dunia sudah dihadapkan pada serial baru dari perang dagang yang disutradarai oleh Presiden Donald Trump.

Melalui sebuah cuitan di Twitter (seperti biasa), Trump mengungkapkan kegeramannya kepada Uni Eropa seiring dengan anjloknya laba bersih pabrikan motor Harley Davidson pada kuartal-I 2019 yang nyaris mencapai 27%.

Harley Davidson mengatakan bahwa menurunnya permintaan, biaya impor bahan baku yang lebih tinggi (karena bea masuk yang dikenakan AS), dan bea masuk yang dikenakan Uni Eropa terhadap produk perusahaan merupakan 3 faktor utama yang membebani bottom line mereka.

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump.



Lantas, perang dagang AS-Uni Eropa kian menjadi sebuah keniscayaan. Pasalnya, ancam-mengancam mengenakan bea masuk bukan kali ini saja terjadi. Beberapa waktu yang lalu, Trump mengungkapkan rencana untuk memberlakukan bea masuk bagi impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Rencana tersebut dilandasi oleh kekesalannya yang menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" keluh Trump di Twitter pada tanggal 9 April.

Merespons ancaman Trump tersebut, Uni Eropa telah merilis daftar produk AS yang berpotensi dikenakan bea masuk. Nilainya mencapai US$ 20 miliar. Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game.
Lebih lanjut, kinerja mata uang Garuda juga dibebani oleh harga minyak mentah yang masih berada di level yang relatif tinggi, walaupun sejatinya ada koreksi pada hari ini. Hingga berita ini ditulis, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Mei melemah 0,5% ke level US$ 65,97/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juni turun 0,47% ke level US$ 74,16/barel.

Koreksi yang tipis saja pada hari ini membuat harga minyak tetap berada dalam posisi yang perkasa. Pasalnya dalam 2 hari perdagangan terakhir, harga minyak WTI sudah melejit 3,59%, sementara brent menguat 3,53%.

Kala harga minyak menguat, ada kemungkinan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan melebar, mengingat status Indonesia sebagai net importir minyak mentah.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular