Pelemahan Rupiah Menipis, IHSG Tak Goyah di Puncak Klasemen

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 April 2019 15:22
Pelemahan Rupiah Menipis, IHSG Tak Goyah di Puncak Klasemen
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Satu jam sebelum perdagangan di bursa saham tanah air ditutup, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin mengokohkan diri di puncak klasemen.

Pada pukul 15:00 WIB, IHSG menguat 0,85% ke level 6.469,22. Sejatinya, indeks saham kawasan Asia lainnya juga ditransaksikan menguat seperti IHSG. Namun, penguatan IHSG merupakan yang paling tinggi. Per akhir perdagangan sesi 1, penguatan IHSG yang sebesar 0,69% saja sudah menempatkannya sebagai indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.



Optimisme bahwa perekonomian dunia tidak akan mengalami hard landing pada tahun ini membuat saham-saham di Benua Kuning diburu investor. Belum lama ini, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari. Sebagai informasi, perekonomian dunia tumbuh hingga 3,6% pada tahun 2018.

Data ekonomi yang dirilis belakangan ini di negara-negara dengan nilai perekonomian raksasa seperti China dan AS menunjukkan bahwa laju perekonomian dunia masih oke, sehingga hard landing akan bisa dihindari.

Pada pekan lalu, pertumbuhan ekonomi China periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, produksi industri periode Maret 2019 diumumkan tumbuh 8,5% secara tahunan, di atas konsensus yang sebesar 5,9%, seperti dilansir dari Trading Economics. Terakhir, penjualan barang-barang ritel untuk bulan yang sama melesat hingga 8,7% secara tahunan, juga di atas konsensus yang sebesar 8,4%, dilansir dari Trading Economics.

Beralih ke AS, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pelemahan rupiah yang semakin tipis membuat investor kian gencar mengoleksi saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah hanya melemah 0,04% di pasar spot ke level Rp 14.075/dolar AS, menipis dibandingkan posisi pada akhir perdagangan sesi 1 yang sebesar 0,07%. Titik terlemah rupiah pada hari ini berada di level Rp 14.085/dolar AS (melemah 0,11% dibandingkan penutupan perdagangan hari Senin, 22/4/2019).

Harga minyak mentah dunia yang mulai jinak membuat rupiah mampu menipiskan kekalahannya. Pada perdagangan hari ini, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Mei sempat naik hingga ke level US$ 66,19/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juni sempat naik hingga ke level US$ 74,69/barel.

Namun kini, harga minyak mentah dunia berangsur-angsur turun. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI ditransaksikan di level US$ 65,99/barel ( 0,67% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin), sementara brent ditransaksikan di level US$ 74,31/barel ( 0,36%).

Dengan menipisnya kenaikan harga minyak mentah dunia, ada harapan bahwa tekanan defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan bisa diredam. Hal ini pada akhirnya memberikan suntikan energi bagi rupiah untuk menipiskan depresiasinya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular