Hubungan AS-Iran Buat Harga Emas Dunia Stagnan

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
23 April 2019 10:33
Pergerakan harga emas masih cenderung terbatas pada perdagangan Selasa (23/4/2019) pagi.
Foto: Karyawan rumah emas ProAurum menghiasi pohon natal dengan lapisan emas, pohon Natal paling mahal di Eropa, terbuat dari 2.018 koin emas philharmonic di Wina, senilai 2,3 juta euro di Munich, Jerman 3 Desember 2018. REUTERS / Michael Dalder
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas masih cenderung terbatas pada perdagangan Selasa (23/4/2019) pagi.

Hingga pukul 10:15 WIB, harga emas berjangka di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) terkoreksi 0,05% ke posisi US$ 1.277/troy ounce, setelah menguat 0,26% kemarin (22/4/2019).

Sedangkan harga emas di pasar spot naik 0,01% ke level US$ 1.274,81/troy ounce, setelah ditutup melemah 0,03% pada perdagangan sehari sebelumnya.

Selama sepekan harga emas juga cenderung stagnan dengan pelemahan tipis, dimana COMEX dan spot turun masing-masing sebesar 0,02% dan 0,1% secara point-to-point.



Hari ini, harga emas mendapat dorongan dari hubungan Amerika Serikat (AS)-Iran yang kembali memanas. Gedung Putih pada hari Senin (22/4/2019) telah secara terang-terangan meminta kepada seluruh pembeli minyak Iran untuk tidak melakukannya lagi mulai tanggal 1 Mei mendatang. Bila tidak diindahkan, AS mengancam akan memberi sanksi.

Sebenarnya sanksi AS atas Iran sudah mulai diberlakukan kembali sejak November 2018. Kala itu Iran menolak menghentikan program nuklir. Namun AS masih memberikan keringanan dengan mengizinkan delapan negara untuk mengimpor minyak asal Negeri Persia.

Namun kini sanksi tersebut akan kembali berlaku penuh. Bahkan AS berniat untuk membuat ekspor minyak Iran habis sama sekali.

Konflik ini membuat ketidakpastian ekonomi global meningkat. Bahkan dalam semalam, harga minyak melonjak hampir 3%.

Dalam kondisi yang masih tak pasti, emas menjadi lebih menarik untuk para investor karena sifatnya yang sebagai pelindung nilai (hedging). Maklum, ketidakpastian merupakan musuh terbesar investor.

Selain itu, penjualan rumah bukan baru di AS pada bulan Maret turun hingga 4,9% dibandingkan bualan sebelumnya. Padahal konsensus pasar memprediksi penurunan hanya akan sebesar 3,8%. Ini membuat investor kembali menaikkan perhitungan risiko investasi pada aset-aset lain, seperti saham.

Daya tarik investasi pada aset berisiko menjadi pudar. Alhasil investor makin terpikat oleh emas yang memiliki risiko lebih rendah.

Namun penguatan harga emas dihambat oleh dolar yang menguat pada hari ini. Pada pukul 10:00 WIB, nilai Dollar Index (DXY) yang mencerminkan posisi greeenback terhadap 6 mata uang utama dunia naik 0,02%.

Penguatan dolar memang menjadi lawan yang berat untuk emas. Pasalnya emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Kilau emas pun sedikit memudar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular