Libur Panjang Sebabkan Harga Emas Menguat Hari Ini

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 April 2019 16:41
Pada pukul 16:30 WIB, harga emas acuan kontrak Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,5% ke level US$ 1.280,7/troy ounce.
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menyentuh titik terendah dalam empat bulan, harga emas dunia balik menguat pada perdagangan Senin (22/4/2019).

Pada pukul 16:30 WIB, harga emas acuan kontrak Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,5% ke level US$ 1.280,7/troy ounce. Adapun harga emas di pasar spot naik 0,31% ke posisi US$ 1.278,95/troy ounce.



Penguatan harga emas hari ini terjadi setelah ditutup variatif pada Kamis (18/4/2019) pekan lalu, dimana COMEX melemah 0,2% sedangkan spot masih menguat 0,1%. Pada hari Jumat (19/4/2019) bursa emas dunia tutup karena adanya hari libur Jumat Agung.

Beberapa pelaku pasar meyakini rebound harga emas hari ini didorong oleh faktor teknikal. Sebab investor baru mulai kembali transaksi setelah libur cukup panjang.

"Apa yang terjadi sekarang hanyalah technical buying, karena beberapa orang baru masuk [pasar emas] dan mendorong harga," ujar Benjamin Lu, analis Philip Futures, mengutip Reuters.

Harga emas global yang masih diperdagangkan pada posisi paling rendah di tahun 2019 juga membuat daya tarik bagi konsumen di China kian membuncah. Terlebih China merupakan konsumen emas terbesar di dunia yang mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) pasar secara signifikan

"Harga yang rendah membuat permintaan meningkat," ujar Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA, mengutip Reuters.

Pekan lalu, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 sebesar 6,4%, lebih tinggi dibanding prediksi analis yang hanya 6,3%. Artinya perlambatan ekonomi yang terjadi di Negeri Tirai Bambu tidak seburuk yang dibayangkan.

Alhasil Yuan mendapat suntikan keperkasaan. Pada hari Rabu (17/4/2019), Yuan mencapai posisi terkuatnya dalam satu bulan terakhir.

Harga emas pun menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang China.

Permintaan emas di india juga naik karena adanya perayaan Akshaya Tritiya yang jatuh pada tanggal 7 Mei mendatang. Mendekati perayaan tersebut, membeli emas dianggap suatu hal yang menguntungkan bagi rakyat India.

"Toko perhiasan menumpuk inventori untuk perayaan Akshaya Tritiya. Harganya [yang murah] membuat emas sangat menarik bagi mereka," kata pialang emas di Mumbai, mengutip Reuters.

Harga minyak yang meroket pada hari ini juga memberi tarikan ke tas pada emas. Itu terjadi karena pasar saham Wall Street tampaknya akan suram karena minyak. Maklum, peningkatan harga minyak akan membuat biaya operasional terkait logistik perusahaan juga meningkat. Potensi laba pun menipis.

Pada pukul 14:00 WIB, harga minyak Brent terbang hingga 2,33% ke level US$ 73,65/barel. Sedangkan jenis light sweet (WTI) meroket hingga 2,2% ke posisi US$ 65,41/barel.

Tatkala aset-aset berisiko menunjukkan gejala-gejala negatif, investor cenderung bermain aman dengan mengoleksi emas karena sifatnya yang sebagai pelindung nilai (hedging).

Akan tetapi harga emas juga masih mendapat tekanan dari rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) pekan lalu yang cemerlang.

Penjualan ritel di AS pada bulan Maret naik 1,6% month-on-month (MoM), kenaikan tertinggi sejak September 2017. Jauh lebih baik dibandingkan pada bulan Februari yang terkontraksi hingga 0,2% MoM.

Data lainnya adalah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 13 April turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000. ini merupakan klaim terendah sejak September 1969.

Fakta-fakta tersebut mengonfirmasi kondisi ekonomi Negeri Adidaya yang masih sehat. Daya tarik investor akan instrumen berisiko pun masih ada. Kenaikan harga emas pun mendapat hambatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular