
Analisis Teknikal
Rupiah Berpotensi Melemah, Terbebani Harga Minyak
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 April 2019 12:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali tak berdaya dihadapan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah sempat berlanjut setelah Pemilihan Umum (Pemilu) Rabu lalu yang berjalan relatif aman dan damai, Senin (22/4/2019).
Hingga pukul 11:33 WIB rupiah melemah 0,37% pada level Rp 14.092/$US. Faktor global lebih dominan menekan rupiah diantaranya harga minyak yang melambung dan data-data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kembali kinclong.
Harga minyak pada pukul 10:20 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 2,64% dan 2,31%. Penyebab utama kenaikan tersebut adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi embargo AS atas Iran.
Kenaikan harga minyak merupakan sentimen negatif bagi rupiah. Pasalnya, Indonesia adalah negara net importir minyak yang mau tidak mau harus mengimpor menggunakan dolar AS demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hal ini berpotensi membebani neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) yang berujung pada defisit yang melebar dan membuat rupiah kekurangan modal untuk menguat.
Sementara itu, beberapa data ekonomi dari AS membuat dolar AS pada jalur penguatannya. Penjualan ritel di AS pada Maret naik 1,6% month-on-month (MoM), kenaikan tertinggi sejak September 2017. Jauh membaik dibandingkan Februari yang turun 0,2% MoM.
Sementara penjualan ritel inti naik 1% MoM, juga membaik ketimbang Februari yang minus 0,3%. Penjualan ritel inti mencerminkan konsumsi rumah tangga dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).
Data lainnya adalah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 13 April turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000. ini merupakan klaim terendah sejak September 1969.
Analisis Teknikal
Secara teknikal mata uang garuda berpotensi melemah dalam jangka pendek, hal ini terlihat dari posisi rupiah yang nilainya berada di bawah rata-ratanya dalam lima harinya (moving average/MA5).
Pelemahan rupiah berpotensi terhenti pada level Rp 14.150/$US. Level tersebut merupakan penghalang pelemahan (support) terdekatnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Hingga pukul 11:33 WIB rupiah melemah 0,37% pada level Rp 14.092/$US. Faktor global lebih dominan menekan rupiah diantaranya harga minyak yang melambung dan data-data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kembali kinclong.
Harga minyak pada pukul 10:20 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 2,64% dan 2,31%. Penyebab utama kenaikan tersebut adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi embargo AS atas Iran.
Hal ini berpotensi membebani neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) yang berujung pada defisit yang melebar dan membuat rupiah kekurangan modal untuk menguat.
Sementara itu, beberapa data ekonomi dari AS membuat dolar AS pada jalur penguatannya. Penjualan ritel di AS pada Maret naik 1,6% month-on-month (MoM), kenaikan tertinggi sejak September 2017. Jauh membaik dibandingkan Februari yang turun 0,2% MoM.
Sementara penjualan ritel inti naik 1% MoM, juga membaik ketimbang Februari yang minus 0,3%. Penjualan ritel inti mencerminkan konsumsi rumah tangga dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).
Data lainnya adalah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 13 April turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000. ini merupakan klaim terendah sejak September 1969.
Analisis Teknikal
![]() |
Pelemahan rupiah berpotensi terhenti pada level Rp 14.150/$US. Level tersebut merupakan penghalang pelemahan (support) terdekatnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular