Sempat Naik Tipis, IHSG Dilanda Profit Taking & ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 April 2019 09:44
Sempat Naik Tipis, IHSG Dilanda Profit Taking & ke Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibuka menguat 0,06% ke level 6.511.09. Namun pada pukul 9:32 WIB, pelemahan IHSG menjadi bertambah dalam yakni sebesar 0,62% ke level 6.4767,04.

Wajar jika aksi jual menerpa bursa saham dalam negeri pada hari ini. Sepanjang pekan lalu, IHSG telah melejit 1,58%, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terbaik kedua di kawasan Asia. IHSG hanya kalah dari indeks Shanghai yang menguat nyaris 2%.

IHSG terkoreksi kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,09%, indeks Straits Times naik 0,23%, dan indeks Kospi naik 0,1%.

Perkembangan terkait negosiasi dagang AS-China yang kondusif memantik aksi beli di bursa saham regional. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Gao Feng mengungkapkan bahwa ada kemajuan baru dalam perundingan Washington-Beijing, walaupun dirinya tak mengelaborasi lebih jauh.

Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai, tentu perekonomian AS dan China, berikut perekonomian dunia, akan bisa untuk dipacu untuk melaju lebih kencang. Di saat perang dagang dengan AS tengah berkecamuk pun, laju perekonomian China terbilang oke.

Pada pekan lalu, pertumbuhan ekonomi China periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, produksi industri periode Maret 2019 diumumkan tumbuh 8,5% secara tahunan, di atas konsensus yang sebesar 5,9%, seperti dilansir dari Trading Economics. Terakhir, penjualan barang-barang ritel untuk bulan yang sama melesat hingga 8,7% secara tahunan, juga di atas konsensus yang sebesar 8,4%, dilansir dari Trading Economics.

Sebagai informasi, belum lama ini pemerintah China resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.

Namun ya itu tadi, hasrat pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan di bursa saham tanah air.
Pergerakan rupiah yang tak mendukung ikut memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.060/dolar AS.

Wajar juga jika rupiah diterpa tekanan jual. Pasalnya sepanjang pekan lalu, rupiah telah menguat 0,35%, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Hingga berita ini diturunkan, investor asing masih membukukan beli bersih senilai Rp 12 miliar di pasar saham tanah air. Jika pelemahan rupiah bertahan hingga akhir perdagangan atau bahkan bertambah dalam, besar kemungkinan investor asing pada akhirnya akan dipaksa untuk melakukan aksi jual dan membuat pelemahan IHSG semakin dalam.

Kala rupiah melemah dengan signifikan, investor asing bisa menderita yang namanya kerugian dari selisih kurs.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular