
Apakah Jokowi Effect Jilid II Sanggup Lesatkan Manufaktur RI?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2019 16:12

Euforia kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 versi hitung cepat (quick count) sudah terlihat dan arus modal investasi diperkirakan akan masuk ke Indonesia. Melihat pada 2014 lalu, saat awal pemerintahan Jokowi, investasi di sektor manufaktur memang menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sektor industri manufaktur pada 2014 sebesar Rp 199,1 triliun, kemudian meningkat menjadi menjadi Rp 236 triliun pada 2015.
Di tahun selanjutnya realisai investasi bahkan melesat menjadi Rp 335,8 triliun. Namun, pada 2017 realisasi investasi sektor industri manufaktur turun menjadi Rp 274,7 triliun, dan masih berlanjut di 2018 menjadi Rp 222,3 triliun.
Meski investasi terus mencetak peningkatan dalam dua tahun awal era Jokowi, namun data PMI-BI justru menunjukkan kontraksi. PMI-BI mengunakan ambang batas 50, di atas angka tersebut menunjukkan ekspansi, sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Grafik di atas menunjukkan ekspansi di sektor industri pengolahan ini pada 2015 hanya mencatat ekspansi di kuartal II. Sementara di tahun 2016 tercatat ekspansi terjadi di kuartal II dan IV.
Naik turun ekspansi dan kontraksi juga terjadi di 2017. Baru di 2018 selanjutnya industri ini masih bereskpansi sepanjang tahun, dan berlanjut hingga kuartal I 2019.
Awal yang bagus di tiga bulan pertama ini, dan Jokowi Effect jilid II bisa jadi dapat memacu sektor manufaktur berekspansi lebih jauh. Sepanjang 2019, Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4 persen.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sektor industri manufaktur pada 2014 sebesar Rp 199,1 triliun, kemudian meningkat menjadi menjadi Rp 236 triliun pada 2015.
Di tahun selanjutnya realisai investasi bahkan melesat menjadi Rp 335,8 triliun. Namun, pada 2017 realisasi investasi sektor industri manufaktur turun menjadi Rp 274,7 triliun, dan masih berlanjut di 2018 menjadi Rp 222,3 triliun.
Meski investasi terus mencetak peningkatan dalam dua tahun awal era Jokowi, namun data PMI-BI justru menunjukkan kontraksi. PMI-BI mengunakan ambang batas 50, di atas angka tersebut menunjukkan ekspansi, sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Grafik di atas menunjukkan ekspansi di sektor industri pengolahan ini pada 2015 hanya mencatat ekspansi di kuartal II. Sementara di tahun 2016 tercatat ekspansi terjadi di kuartal II dan IV.
Naik turun ekspansi dan kontraksi juga terjadi di 2017. Baru di 2018 selanjutnya industri ini masih bereskpansi sepanjang tahun, dan berlanjut hingga kuartal I 2019.
Awal yang bagus di tiga bulan pertama ini, dan Jokowi Effect jilid II bisa jadi dapat memacu sektor manufaktur berekspansi lebih jauh. Sepanjang 2019, Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4 persen.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular