Pemilu 2019

Rupiah Goyah di Luar Negeri, Jokowi Effect tak Cespleng Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 April 2019 09:27
Rupiah Goyah di Luar Negeri, Jokowi Effect tak Cespleng Lagi?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia hari ini, Jumat (19/4/2019), tutup memperingati Jumat Agung. Namun apabila buka, sepertinya tidak akan sekuat kemarin. 

Misalnya rupiah. Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,28% terhadap dolar Amerika Serikat. Andai pasar spot valas hari ini beroperasi, rasanya penguatan rupiah mulai terbatas bahkan mungkin melemah. 

Tanda-tanda itu terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Dinamika rupiah di pasar NDF biasanya searah dengan pasar spot. Bahkan NDF kerap kali memberi arah ke mana rupiah bergerak.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah di pasar NDF dibandingkan dengan posisi jelang penutupan pasar spot kemarin, mengutip data Refinitiv: 

PeriodeKurs 18 April (15:58 WIB)Kurs 19 April (09:00 WIB)
1 PekanRp 14.061,5Rp 14.059
1 BulanRp 14.113Rp 14.112
2 BulanRp 14.175,5Rp 14.177
3 BulanRp 14.233Rp 14.235
6 BulanRp 14.418Rp 14.419
9 BulanRp 14.583Rp 14.587
1 TahunRp 14.768Rp 14.767
2 TahunRp 15.463,6Rp 15.543
 
Terlihat bahwa kurs dolar AS terhadap rupiah bergerak variatif di berbagai tenor. Namun rentang pergerakannya terbatas. Jadi, kemungkinannya adalah rupiah bisa menguat atau melemah dalam kisaran tipis, sulit untuk sekuat kemarin. 

Pada perdagangan pasar spot kemarin, rupiah menjadi satu dari dua mata uang utama Asia yang menguat (satu lagi adalah yen Jepang). Rupiah mampu menguat di tengah gelombang keperkasaan dolar AS di Asia karena ditopang oleh sentimen domestik. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rakyat Indonesia berpartisipasi dalam pesta demokrasi Pemilu 2019 pada 17 April lalu. Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru mengumumkan hasil resmi pada 22 Mei, tetapi hitung cepat (quick count) berbagai lembaga menyebutkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Unggul dari pesaingnya pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. 


Jalan Jokowi kembali ke Istana Negara untuk 5 tahun ke depan disambut positif oleh pelaku pasar, termasuk investor asing. Kemarin, investor asing membukukan beli bersih mencapai Rp 1,43 triliun yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,39%. 

Dengan terpilihnya Jokowi (meski masih harus menunggu hasil real count KPU), maka satu risiko sudah gugur yaitu ketidakpastian. Sementara ketidakpastian adalah musuh utama pelaku pasar. 

Kebijakan pemerintah yang ada saat ini kemungkinan akan diteruskan, tidak ada perubahan yang signifikan. Tidak ada ketidakpastian, tidak perlu menerka-nerka seperti apa arah kebijakan pemerintah ke depan. 

Bahkan kebijakan yang ada bisa diperluas. Misalnya keberhasilan dalam menekan angka inflasi di kisaran 3%, akan diperkuat dengan rencana program baru yang dijanjikan Jokowi yaitu Kartu Sembako Murah. 

Jika inflasi semakin terkendali, maka rupiah bisa lebih stabil karena nilainya tidak tergerus oleh inflasi. Plus apabila pemerintah dan Bank Indonesia (BI) berhasil menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), maka kondisi akan lebih indah. Rupiah bakal lebih kuat lagi. 

Harapan-harapan tersebut membuat pelaku pasar berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Indonesia. Hasilnya, rupiah pun menguat dan bahkan menjadi yang terkuat di Asia. Jokowi Effect menjadi obat kuat yang cespleng.


Itu kemarin, hari ini tentu ceritanya berbeda. Rasanya kok khasiat Jokowi Effect sudah mulai memudar. Rupiah tidak bisa sekuat kemarin, bahkan ada kecenderungan melemah tipis. 

Untungnya hari ini pasar keuangan Indonesia libur, sehingga risiko itu tidak menjadi kenyataan. Semoga saat pasar dibuka kembali pada awal pekan depan, rupiah bisa kembali menemukan permainan terbaiknya dan bertahan di zona hijau.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular