
Film "Sexy Killers" Viral, Saham-Saham Ini Menjadi Korban
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 April 2019 20:32

Namun, menarik juga dicermati bahwa laga politik tersebut memengaruhi pergerakan beberapa saham “Sexy Killers” tersebut dengan tren yang tidak konsisten. Ada beberapa saham yang relevan pergerakannya dengan peta hasil pilpres, dan ada yang tidak. Di tengah kelindan dukungan pengusaha batu bara terhadap kedua calon, saham TOBA milik Luhut terlihat menguat 0,63%. Luhut berada di kubu 01 yang sejauh ini memimpin perolehan hitung cepat (quick count).
Namun, saham ABBA justru anjlok 8,43%. Padahal, perusahaan itu dikendalikan oleh Erick Thohir. Posisinya sebagai Ketua Tim Pemenangan Kubu 01 ternyata tak berimbas pada kenaikan harga saham perusahaannya.
Di pihak sebelah, saham-saham Sandiaga bergerak bervariasi. Saham SRTG misalnya, tertekan 1,56% setelah sempat anjlok 4,95%. Demikian juga dengan saham Sandiaga lainnya yang bergerak di sektor sawit yakni PALM dengan koreksi sebesar 1,52%.
Hanya saja, saham MPMX yang juga sebagian dimiliki Sandi justru menguat 1,3%. Untuk saham Adaro yang dikelola Thohir dan Sandiaga, pada perdagangan hari ini masih melemah 0,77%. Efek Pilpres sama sekali tidak menerpa saham ini.
Pada hari ini, hanya ada empat saham produsen tambang yang menguat yakni PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) sebesar 2,53%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 1,58%, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) sebesar 0,68%, dan TOBA (0,63%).
Sisanya melemah, dipimpin oleh saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang turun 3,49% ke level Rp 1.660 per unit, diikuti PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) yang melemah 2,17% ke Rp 270.
Apakah koreksi saham-saham tambang ini merupakan efek Sexy Killers? Bisa jadi, karena kian viralnya film ini diikuti koreksi yang menimpa hampir semua saham tambang pada Kamis, bahkan ketika harga batu bara acuan di Newcastle Australia menguat tipis 0,89% ke US$84,6 per ton.
Secara fundamental, batu bara memang dikenal sebagai energi kotor, karena efek polusi yang ditimbulkan terutama jika menggunakan produk kalori rendah. Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) menyebutkan porsi batu bara low range mencapai 75% dari produksi nasional.
Tidak heran, beberapa negara mulai mengurangi konsumsi batu bara seperti Swedia, Denmark, dan bahkan China—yang saat ini menjadi konsumen terbesar batu bara dunia. Tidak kurang bank terbesar Singapura DBS menyatakan rencananya untuk menghentikan pembiayaan proyek PLTU mulai tahun 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Namun, saham ABBA justru anjlok 8,43%. Padahal, perusahaan itu dikendalikan oleh Erick Thohir. Posisinya sebagai Ketua Tim Pemenangan Kubu 01 ternyata tak berimbas pada kenaikan harga saham perusahaannya.
Di pihak sebelah, saham-saham Sandiaga bergerak bervariasi. Saham SRTG misalnya, tertekan 1,56% setelah sempat anjlok 4,95%. Demikian juga dengan saham Sandiaga lainnya yang bergerak di sektor sawit yakni PALM dengan koreksi sebesar 1,52%.
Hanya saja, saham MPMX yang juga sebagian dimiliki Sandi justru menguat 1,3%. Untuk saham Adaro yang dikelola Thohir dan Sandiaga, pada perdagangan hari ini masih melemah 0,77%. Efek Pilpres sama sekali tidak menerpa saham ini.
Sisanya melemah, dipimpin oleh saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang turun 3,49% ke level Rp 1.660 per unit, diikuti PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) yang melemah 2,17% ke Rp 270.
Apakah koreksi saham-saham tambang ini merupakan efek Sexy Killers? Bisa jadi, karena kian viralnya film ini diikuti koreksi yang menimpa hampir semua saham tambang pada Kamis, bahkan ketika harga batu bara acuan di Newcastle Australia menguat tipis 0,89% ke US$84,6 per ton.
Secara fundamental, batu bara memang dikenal sebagai energi kotor, karena efek polusi yang ditimbulkan terutama jika menggunakan produk kalori rendah. Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) menyebutkan porsi batu bara low range mencapai 75% dari produksi nasional.
Tidak heran, beberapa negara mulai mengurangi konsumsi batu bara seperti Swedia, Denmark, dan bahkan China—yang saat ini menjadi konsumen terbesar batu bara dunia. Tidak kurang bank terbesar Singapura DBS menyatakan rencananya untuk menghentikan pembiayaan proyek PLTU mulai tahun 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular