Disengat Perang Dagang AS-Uni Eropa, Bursa Saham Asia Memerah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2019 17:26
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah: indeks Nikkei turun 0,84%, indeks Shanghai turun 0,4%, indeks Hang Seng turun 0,54%, indeks Straits Times turun 0,03%, dan indeks Kospi turun 1,43%.

Pelaku pasar saham Asia dipaksa bermain defensif pada hari ini seiring dengan potensi perang dagang AS-Uni Eropa yang kian nyata. Mengutip Reuters, Uni Eropa telah merilis daftar produk AS yang berpotensi dikenakan bea masuk. Nilainya mencapai US$ 20 miliar.

Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game.

Langkah ini merupakan balasan atas ancaman AS yang berencana memberlakukan bea masuk untuk impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Rencana AS tersebut dilandasi oleh kekesalan Presiden Donald Trump yang menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!," keluh Trump di Twitter pada tanggal 9 April.

Sejatinya, rilis data ekonomi pada hari ini terbilang oke. Pembacaan awal atas data Manufacturing PMI Jepang periode April versi Nikkei diumumkan di level 49,5, naik dari posisi bulan sebelumnya di level 49,2, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, penanaman modal asing di China diumumkan tumbuh sebesar 6,5% YoY dalam 3 bulan pertama tahun ini, naik dari pertumbuhan dalam 2 bulan pertama tahun ini yang sebesar 5,5% saja, juga dilansir dari Trading Economics.

Namun, sentimen perang dagang AS-Uni Eropa terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan di bursa saham Benua Kuning.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular