Pemilu 2019

Terima Kasih Pak Jokowi! IHSG Jadi Juara di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2019 16:50
Terima Kasih Pak Jokowi! IHSG Jadi Juara di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan sebesar 0,4% ke level 6.507,22. IHSG tak pernah sekalipun merasakan pahitnya zona merah pada hari ini.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung melejit 1,35% ke level 6.568,85. IHSG kemudian meroket hingga 2,39% ke titik tertingginya di level 6.636,33, sebelum menipiskan penguatannya menjadi 0,4% pada akhir perdagangan.

Jika dibandingkan dengan indeks saham lain di kawasan regional, praktis IHSG menjadi yang paling perkasa. Mayoritas indeks saham kawasan Asia justru ditransaksikan di zona merah. Selain IHSG, hanya indeks SETi (Thailand) yang mampu membukukan penguatan, itu pun hanya sebesar 0,08%.


Pelaku pasar saham Asia dipaksa bermain defensif pada hari ini seiring dengan potensi perang dagang AS-Uni Eropa yang kian nyata. Mengutip Reuters, Uni Eropa telah merilis daftar produk AS yang berpotensi dikenakan bea masuk. Nilainya mencapai US$ 20 miliar.

Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game.

Langkah ini merupakan balasan atas ancaman AS yang berencana memberlakukan bea masuk untuk impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Rencana AS tersebut dilandasi kekesalan Presiden Donald Trump yang menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" keluh Trump di Twitter pada tanggal 9 April.
Beruntung, Jokowi effect datang menyelamatkan kinerja bursa saham tanah air. Kemarin (17/4/2019), pemilihan presiden (pilpres) dan para anggota legislatif dilakukan secara serentak. Pada pemilu tahun ini, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.

Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 yakni Joko Widodo- Ma’ruf Amin. Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 99,95% suara masuk dengan 54,4% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (99,67% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 54,3% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.

Lantas, bisa dibilang Jokowi menang besar pada tahun ini. Pada pilpres 2014, Jokowi ‘hanya’ mengalahkan Prabowo dengan marjin 53,15% berbanding 46,85%.

Bagi pasar saham, kemenangan Joko Widodo- Ma’ruf Amin memang sudah kami prediksi akan menjadi berkah. Pasalnya jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Sementara pada tahun 2014 kala Jokowi terpilih untuk periode pertamanya sebagai presiden, IHSG melejit 22,3%.

Perlu diingat pula, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa, 16/4/2019) baru sebesar 4,63%, sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.

Wajar saja jika investor begitu gencar menyasar saham-saham di Indonesia. Mereka tak mau kehilangan potensi cuan yang masih begitu besar.

Aksi beli di pasar saham Indonesia pada hari ini banyak dilakukan oleh investor asing. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 1,43 triliun. Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,56%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Sektor jasa keuangan melesat seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4:  harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,76%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,37%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,3%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,55%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,42%.

Hal ini lantas sesuai dengan proyeksi kami yang menyebut bahwa sektor jasa keuangan patut dilirik lantaran berpotensi memberikan cuan jika Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang.

Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) belum lama ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.

Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.

Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.

Lebih lanjut, saat ini kita sudah memasuki earnings season. Dalam waktu dekat, emiten-emiten perbankan  akan merilis kinerja keuangan periode kuartal-I 2019. Ada optimisme yang tinggi bahwa kuatnya konsumsi masyarakat Indonesia akan terefleksikan dalam rilis kinerja keuangan nanti.

Selain karena adanya dukungan faktor fundamental, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan ikut mempengaruhi pergerakan harga dari saham-saham penghuni sektor tersebut.

Sejauh ini, sektor jasa keuangan masih merupakan sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan hari Selasa, sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,03% terhadap kapitalisasi pasar IHSG.

Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan lah yang akan menjadi motor utamanya.

Akibatnya, aksi beli atas saham-saham sektor jasa keuangan dilakukan pada hari ini dan mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini dikenal sebagai self-fulfilling prophecy.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Page
Jokowi Effect
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular