Pemilu 2019
Quick Count Pemilu Dimulai, Rupiah Perkasa di Luar Negeri!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2019 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar spot valas Indonesia hari ini libur, karena sedang ada pesta demokrasi. Ya, rakyat Indonesia hari ini memilih para wakilnya di Senayan sekaligus Presiden-Wakil Presiden.
Namun rupiah masih diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Di pasar ini, rupiah sempat melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Namun kini rupiah berhasil berbalik menguat. Bahkan terlihat sekilas penguatannya cukup signifikan.
Ada faktor eksternal dan domestik yang mendukung keperkasaan rupiah. Dari sisi eksternal, investor menyambut gembira data pertumbuhan ekonomi China.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,4% year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 6,3%. Meski menjadi laju paling lambat sejak 2009, tetapi setidaknya pertumbuhan ekonomi China batal menjadi yang terlemah sejak 1990.
Data ini memunculkan harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing, meski memang ada perlambatan. Sepertinya gelontoran stimulus dari pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) bisa menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu.
China berstatus sebagai perekonomian terbesar di Asia. Saat ekonomi China masih bergeliat, maka permintaan produk-produk dari luar negeri akan tetap tumbuh. Kinerja ekspor bisa terjaga, dan rupiah pun punya modal untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sementara dari dalam negeri, sudah ada sedikit kejelasan mengenai hasil Pemilu 2019. Meski masih berupa hitung cepat (quick count) dari sejumlah lembaga, tetapi investor sepertinya melihat ini sebagai gambaran hasil resmi yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sejauh ini, hasil quick count berbagai lembaga mengunggulkan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, sebagai pemenang. Perkembangan perolehan suara bisa diakses di sini.
Well, harus diakui sepertinya investor lebih nyaman jika Jokowi kembali menjadi presiden 2019-2024. Bukan apa-apa, musuh terbesar pelaku pasar adalah ketidakpastian sementara Jokowi adalah figur yang kebijakannya sudah dikenal.
Tidak ada ada perubahan pola kebijakan yang signifikan bila Jokowi kembali menjadi RI-1. Ketidakpastian bisa dikesampingkan. Jadi wajar saja investor menyambut positif unggulnya Jokowi di sejumlah quick count.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Namun rupiah masih diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Di pasar ini, rupiah sempat melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Namun kini rupiah berhasil berbalik menguat. Bahkan terlihat sekilas penguatannya cukup signifikan.
Periode | Kurs 16 April (15:57 WIB) | Kurs 17 April Maret (15:18 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.100 | Rp 14.002,5 |
1 Bulan | Rp 14.155 | Rp 14.060 |
2 Bulan | Rp 14.225 | Rp 14.122 |
3 Bulan | Rp 14.281 | Rp 14.180,5 |
6 Bulan | Rp 14.487 | Rp 14.370 |
9 Bulan | Rp 14.630 | Rp 14.540 |
1 Tahun | Rp 14.805 | Rp 14.720 |
2 Tahun | Rp 15.522 | Rp 15.518 |
Ada faktor eksternal dan domestik yang mendukung keperkasaan rupiah. Dari sisi eksternal, investor menyambut gembira data pertumbuhan ekonomi China.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,4% year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 6,3%. Meski menjadi laju paling lambat sejak 2009, tetapi setidaknya pertumbuhan ekonomi China batal menjadi yang terlemah sejak 1990.
Data ini memunculkan harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing, meski memang ada perlambatan. Sepertinya gelontoran stimulus dari pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) bisa menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu.
China berstatus sebagai perekonomian terbesar di Asia. Saat ekonomi China masih bergeliat, maka permintaan produk-produk dari luar negeri akan tetap tumbuh. Kinerja ekspor bisa terjaga, dan rupiah pun punya modal untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sementara dari dalam negeri, sudah ada sedikit kejelasan mengenai hasil Pemilu 2019. Meski masih berupa hitung cepat (quick count) dari sejumlah lembaga, tetapi investor sepertinya melihat ini sebagai gambaran hasil resmi yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sejauh ini, hasil quick count berbagai lembaga mengunggulkan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, sebagai pemenang. Perkembangan perolehan suara bisa diakses di sini.
Well, harus diakui sepertinya investor lebih nyaman jika Jokowi kembali menjadi presiden 2019-2024. Bukan apa-apa, musuh terbesar pelaku pasar adalah ketidakpastian sementara Jokowi adalah figur yang kebijakannya sudah dikenal.
Tidak ada ada perubahan pola kebijakan yang signifikan bila Jokowi kembali menjadi RI-1. Ketidakpastian bisa dikesampingkan. Jadi wajar saja investor menyambut positif unggulnya Jokowi di sejumlah quick count.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular