
Besok Pemilu, Nasib Rupiah Kok Pilu...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 April 2019 16:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini ditutup melemah di perdagangan pasar spot. Rupiah nyaris seharian melemah tanpa pernah sedetik pun merasakan segarnya zona hijau.
Pada Selasa (16/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.080 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, dolar AS dihargai Rp 14.055 atau sama seperti posisi penutupan kemarin. Namun itu tidak lama, karena kemudian rupiah terpeleset ke area depresiasi.
Seiring perjalanan pasar, pelemahan rupiah bahkan semakin dalam. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Sebenarnya pelemahan rupiah hari ini agak termaklumkan, karena hampir seluruh mata uang utama Asia pun tidak bisa berbicara banyak di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang dan yuan China yang masih mampu menguat, lainnya tidak selamat.
Mata uang Asia tertekan karena penantian investor terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,3% year-on-year (YoY). Jika ini terjadi, maka akan menjadi laju paling lemah sejak 1990.
China adalah perekonomian terbesar di Asia. Kala ekonomi China melambat, maka akan berdampak terhadap negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Ini menyebabkan mata uang Asia kurang diapresiasi oleh investor.
Selain itu, ada sedikit kekhawatiran mengenai perkembangan dialog dagang AS-China. Presiden AS Donald Trump menegaskan negaranya tetap akan menang apa pun bentuk kesepakatan damai dagang dengan China.
"Kami akan menang, apa pun yang terjadi. Kami menang dengan mencapai kesepakatan, dan kami juga menang kalau tidak ada kesepakatan," tutur Trump, mengutip Reuters.
Pernyataan Trump yang agak songong ini dikhawatirkan bisa merusak mood positif dialog dagang yang sedang dibangun oleh Washington dan Beijing. Tidak heran investor merespons negatif.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:17 WIB:
Akan tetapi, sepertinya ada pula sentimen domestik yang menyeret rupiah ke zona merah. Sentimen itu adalah sikap wait and see pelaku pasar menantikan Pemilu yang akan digelar besok.
Rakyat Indonesia akan memilih para wakil rakyat di DPR, DPRD, dan DPR, serta Presiden dan Wakil Presiden. Pilihan rakyat akan menentukan arah Indonesia dalam 5 tahun ke depan.
Begitu pentingnya momentum ini menyebabkan investor enggan terlalu agresif. Ada ketidakpastian yang tinggi, dan yang namanya ketidakpastian adalah musuh terbesar pasar.
Oleh karena itu, pelaku pasar (terutama asing) sedikit menjaga jarak dengan pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup menguat lumayan meyakinkan yaitu 0,72%. Namun, investor asing membukukan jual bersih Rp 559,78 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (16/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.080 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, dolar AS dihargai Rp 14.055 atau sama seperti posisi penutupan kemarin. Namun itu tidak lama, karena kemudian rupiah terpeleset ke area depresiasi.
Sebenarnya pelemahan rupiah hari ini agak termaklumkan, karena hampir seluruh mata uang utama Asia pun tidak bisa berbicara banyak di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang dan yuan China yang masih mampu menguat, lainnya tidak selamat.
Mata uang Asia tertekan karena penantian investor terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,3% year-on-year (YoY). Jika ini terjadi, maka akan menjadi laju paling lemah sejak 1990.
China adalah perekonomian terbesar di Asia. Kala ekonomi China melambat, maka akan berdampak terhadap negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Ini menyebabkan mata uang Asia kurang diapresiasi oleh investor.
Selain itu, ada sedikit kekhawatiran mengenai perkembangan dialog dagang AS-China. Presiden AS Donald Trump menegaskan negaranya tetap akan menang apa pun bentuk kesepakatan damai dagang dengan China.
"Kami akan menang, apa pun yang terjadi. Kami menang dengan mencapai kesepakatan, dan kami juga menang kalau tidak ada kesepakatan," tutur Trump, mengutip Reuters.
Pernyataan Trump yang agak songong ini dikhawatirkan bisa merusak mood positif dialog dagang yang sedang dibangun oleh Washington dan Beijing. Tidak heran investor merespons negatif.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:17 WIB:
Akan tetapi, sepertinya ada pula sentimen domestik yang menyeret rupiah ke zona merah. Sentimen itu adalah sikap wait and see pelaku pasar menantikan Pemilu yang akan digelar besok.
Rakyat Indonesia akan memilih para wakil rakyat di DPR, DPRD, dan DPR, serta Presiden dan Wakil Presiden. Pilihan rakyat akan menentukan arah Indonesia dalam 5 tahun ke depan.
Begitu pentingnya momentum ini menyebabkan investor enggan terlalu agresif. Ada ketidakpastian yang tinggi, dan yang namanya ketidakpastian adalah musuh terbesar pasar.
Oleh karena itu, pelaku pasar (terutama asing) sedikit menjaga jarak dengan pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang ditutup menguat lumayan meyakinkan yaitu 0,72%. Namun, investor asing membukukan jual bersih Rp 559,78 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular