Andai Euro Bisa Ditekuk, Rupiah Sah Jadi Raja Mata Uang Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2019 14:45
Andai Euro Bisa Ditekuk, Rupiah Sah Jadi Raja Mata Uang Dunia
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini terus menguat di perdagangan pasar spot. Tidak cuma terhadap dolar AS, rupiah pun mampu perkasa di hadapan hampir seluruh mata uang negara anggota G20. 

Pada Senin (15/4/2019) pukul 14:22 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.060. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Dalam hal berhadapan dengan dolar AS, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Posisi ini dipegang sejak pembukaan pasar dan terus bertahan sampai sekarang. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:24 WIB: 

 

Ternyata keperkasaan rupiah tidak berhenti di hadapan dolar AS saja. Rupiah juga menguat terhadap nyaris seluruh mata uang negara-negara G20. 

Hanya satu mata uang yang gagal ditaklukkan oleh rupiah, yaitu euro. Andai euro berhasil dikandaskan, maka rupiah boleh dibilang sah menjadi raja mata uang dunia.  

Sebab para anggota G20 adalah negara-negara besar yang menguasai 85% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Negara-negara ini mendominasi arus perdagangan dan investasi global, sehingga mata uangnya sering digunakan. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang G20 terhadap rupiah pada pukul 14:30 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setidaknya ada dua faktor yang membuat rupiah cukup disegani hari ini. Dua faktor itu sama-sama terkait dengan transaksi berjalan (current account). 

Pertama adalah harga minyak. Pada pukul 14:32 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing turun 0,22% dan 0,52%. 


Bagi rupiah, koreksi harga si emas hitam adalah kabar gembira. Saat harga minyak turun, tentu biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah.  

Semakin sedikit devisa yang 'terbakar' untuk mengimpor minyak. Ini akan menyebabkan beban transaksi berjalan berkurang sehingga rupiah punya fondasi yang lebih kuat. 

Sedangkan dari dalam negeri, rupiah terbantu oleh rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 540 juta pada Maret. Angka ini didapat dari ekspor yang terkontraksi alias minus 10,02% year-on-year (YoY) sementara impor juga turun 6,76% YoY. 

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat suplus dalam 2 bulan beruntun. Pada Februari, surplus neraca perdagangan adalah US$ 330 juta.  


Jadi benar apa yang dibocorkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam debat capres-cawapres akhir pekan lalu, Jokowi yang juga capres nomor urut 01 mengungkapkan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan devisa yang masuk dan keluar dari ekspor-impor barang dan jasa, salah satu komponennya adalah neraca perdagangan. Jika defisit transaksi berjalan membaik, maka sudah bisa dipastikan neraca perdagangan pun positif dan itu benar-benar terjadi pada Maret. Memang surplusnya tidak sebaik Februari, tetapi tidak ada defisit. 

Saat ada perbaikan di transaksi berjalan, maka rupiah akan memiliki fondasi yang lebih kuat. Jadi data neraca perdagangan hari ini sepertinya mendapat apresiasi dari pelaku pasar, sehingga rupiah mantap berjalan di jalur hijau.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular