
Rupiah Perkasa di Kurs Tengah BI, Terbaik Asia di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2019 10:39

Dolar AS semakin tertekan, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 10:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%.
Risk appetite pelaku pasar membuncah setelah terdengar kabar terbaru soal negosiasi dagang AS-China. Mengutip Reuters, dua orang sumber mengungkapkan bahwa Washington melunak dan bersedia mengurangi tuntutannya kepada Beijing.
AS melunak dalam hal kebijakan subsidi China kepada perusahaan milik negara. Sepertinya AS tidak akan banyak protes soal kebijakan ini, dan memilih fokus ke bidang lain yaitu penghapusan kewajiban alih teknologi bagi perusahaan asing, perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, dan perluasan akses AS ke pasar domestik China.
"Kesepakatan yang membuat Presiden Xi (Jinping, Presiden China) lemah tentu tidak baik buat China. Apa pun nanti kesepakatannya, ini akan lebih baik dari apa yang ada sekarang. Mungkin tidak akan memuaskan semua orang, tetapi itu lah politik," kata seorang sumber.
Sikap AS yang melunak ini membuat pintu damai dagang dengan China menjadi semakin terbuka. Sepertinya jalan menuju ke sana masih relatif lancar, belum ada hambatan yang berarti.
Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali menggeliat. Investor kini boleh berharap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik, sehingga investor bernafsu memburu aset-aset berisiko di negara berkembang termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 241,34 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,18% pada pukul 10:23 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 0,9 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Arus modal di pasar saham dan obligasi ini membuat rupiah kian mantap menapaki jalur hijau. Rupiah sedang menuju penguatan 3 hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Risk appetite pelaku pasar membuncah setelah terdengar kabar terbaru soal negosiasi dagang AS-China. Mengutip Reuters, dua orang sumber mengungkapkan bahwa Washington melunak dan bersedia mengurangi tuntutannya kepada Beijing.
AS melunak dalam hal kebijakan subsidi China kepada perusahaan milik negara. Sepertinya AS tidak akan banyak protes soal kebijakan ini, dan memilih fokus ke bidang lain yaitu penghapusan kewajiban alih teknologi bagi perusahaan asing, perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, dan perluasan akses AS ke pasar domestik China.
Sikap AS yang melunak ini membuat pintu damai dagang dengan China menjadi semakin terbuka. Sepertinya jalan menuju ke sana masih relatif lancar, belum ada hambatan yang berarti.
Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali menggeliat. Investor kini boleh berharap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik, sehingga investor bernafsu memburu aset-aset berisiko di negara berkembang termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 241,34 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,18% pada pukul 10:23 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 0,9 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Arus modal di pasar saham dan obligasi ini membuat rupiah kian mantap menapaki jalur hijau. Rupiah sedang menuju penguatan 3 hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular