Mantap, Pagi-pagi Rupiah Sudah Terbaik di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2019 08:42
Ada Harapan di Neraca Perdagangan
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rupiah cs berhasil memanfaatkan dolar AS yang masih tertekan. Pada pukul 08:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,06%. 

Maklum, dolar AS memang sudah menguat lumayan tajam akhir-akhir ini. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index menguat 0,33% dan bahkan dalam 3 bulan ke belakang sudah  melonjak 1,36%. 

 

Selain itu, investor juga sedang semringah karena positifnya kinerja emiten di AS pada kuartal I-2019. Misalnya JPMorgan Chase, yang mampu membukukan pendapatan US$ 29,85 miliar, naik 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pendapatan di US$ 28,44 miliar. 

Sementara pendapatan bersih tercatat US$ 9,18 miliar sehingga laba per saham (Earnings Per Share/EPS) berada di US$ 2,65. Lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2018 di mana pendapatan bersih adalah US$ 8,71 miilar dan EPS di angka US$ 2,37. 

Perkembangan tersebut menyebabkan risk appetite investor naik dan siap memburu aset-aset berisiko. Nampaknya termasuk juga instrumen di negara berkembang seperti Indonesia. 

Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan rilis data perdagangan internasional Indonesia periode Maret. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 10,75% year-on-year (YoY). Sementara impor juga diperkirakan terkontraksi, tetapi hanya 4,15% YoY.  

Ini membuat neraca perdagangan diramal defisit US$ 217 juta. Pada bulan sebelumnya, neraca perdagangan masih bisa mencatat surplus US$ 300 juta. 


Namun dalam debat capres-cawapres akhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga calon petahana membocorkan bahwa defisit transaksi berjalan (current account) pada kuartal I-2019 sebesar US$ 6,7 miliar. Lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 9,15 miliar. 

Artinya, ada kemungkinan defisit neraca perdagangan Maret akan lebih rendah dibandingkan konsensus pasar. Bahkan kemungkinan surplus pun terbuka. Potensi neraca pembayaran yang lebih baik tentu menjadi sentimen positif bagi rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular