
Konsisten! 3 Hari Beruntun, IHSG Akhiri Hari di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2019 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Menutup perdagangan terakhir di pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sebesar 0,07% ke level 6.405,87. IHSG begitu konsisten dalam 3 hari terakhir, tak pernah menguat dan selalu berakhir di zona merah.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-5,65%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,03%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-4,76%), PT Astra International Tbk/ASII (-0,99%), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-3,21%).
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Shanghai turun 0,04%, indeks Straits Times turun 0,1%, indeks Nikkei naik 0,73%, indeks Hang Seng naik 0,24%, dan indeks Kospi naik 0,41%.
Tekanan bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data perdagangan internasional China. Pada siang hari ini, ekspor China periode Maret 2019 diumumkan melesat hingga 14,2% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 7,3%.
Namun, impor tercatat anjlok hingga 7,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,3% saja.
Lantas, perang dagang yang berkecamuk dengan AS terbukti masih menekan aktivitas perdagangan internasional China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
Mau tak mau, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini kembali mencuat. Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.
Ketika perekonomian China mengalami hard landing, dipastikan bahwa perekonomian dunia, termasuk Indonesia, akan ikut tertekan. Hal ini terjadi seiring dengan posisi China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi lainnya yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham regional. Pada hari ini, pembacaan awal atas pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 1,3% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 1,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-5,65%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,03%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-4,76%), PT Astra International Tbk/ASII (-0,99%), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-3,21%).
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Shanghai turun 0,04%, indeks Straits Times turun 0,1%, indeks Nikkei naik 0,73%, indeks Hang Seng naik 0,24%, dan indeks Kospi naik 0,41%.
Namun, impor tercatat anjlok hingga 7,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,3% saja.
Lantas, perang dagang yang berkecamuk dengan AS terbukti masih menekan aktivitas perdagangan internasional China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
Mau tak mau, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini kembali mencuat. Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.
Ketika perekonomian China mengalami hard landing, dipastikan bahwa perekonomian dunia, termasuk Indonesia, akan ikut tertekan. Hal ini terjadi seiring dengan posisi China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi lainnya yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham regional. Pada hari ini, pembacaan awal atas pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 1,3% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 1,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Pages
Most Popular