
Analisis Teknikal
Sedang Tertekan, Rupiah Bisa Imbangi Dolar Jangka Pendek
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
12 April 2019 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan fluktuasi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cukup tinggi. Rupiah bahkan kembali melemah terhadap dolar AS karena rilis beberapa data perekonomian negeri Paman Sam cukup bagus.
Hingga pukul 10:40 WIB, rupiah di pasar spot melemah 0,11% pada level Rp 14.145/$US. Wajar dolar AS menguat, kemarin data klaim tunjangan pengangguran diumumkan turun 8.000 menjadi 196.000. Angka tersebut menjadi yang terendah sejak Oktober 1969.
Kemudian inflasi di tingkat produksi pada Maret adalah 0,6% secara month-to-month (MoM). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,1% dan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2018.
Data-data ini menunjukkan ekonomi Negeri Adidaya masih menggeliat. Meskipun gejala-gejala perlambatan tetap ada, tetapi sepertinya tidak akan terjadi hard landing.
"Berbagai data yang masuk memang menunjukkan sinyal-sinyal bahwa ekonomi AS melambat dibandingkan 2018. Namun tetap akan ada ekspansi, ekonomi masih tumbuh, dan menjadi rekor laju ekspansi ekonomi terpanjang," tegas Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, mengutip Reuters.
Analisis Teknikal
Posisi rupiah terhadap dolar AS bisa dikatakan berimbang, hal ini terlihat dari nilai rata-rata lima harinya (moving average/MA5) yang hampir tidak mengalami perubahan.
Maklum saja level Rp 14.140 merupakan level psikologis rupiah terhadap dolar AS. Level tersebut bisa dikatakan sebagai penahan pelemahan rupiah (support) yang paling dekat.
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, dolar AS terhadap rupiah belum memasuki wilayah jenuh jual nya (oversold), sehingga ruang penguatan rupiah sebenarnya masih ada meski tidak terlalu besar, hal ini tergambar melalui indikator teknikal bersifat momentum yakni Stochastic Slow (SS).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Hingga pukul 10:40 WIB, rupiah di pasar spot melemah 0,11% pada level Rp 14.145/$US. Wajar dolar AS menguat, kemarin data klaim tunjangan pengangguran diumumkan turun 8.000 menjadi 196.000. Angka tersebut menjadi yang terendah sejak Oktober 1969.
Kemudian inflasi di tingkat produksi pada Maret adalah 0,6% secara month-to-month (MoM). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,1% dan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2018.
"Berbagai data yang masuk memang menunjukkan sinyal-sinyal bahwa ekonomi AS melambat dibandingkan 2018. Namun tetap akan ada ekspansi, ekonomi masih tumbuh, dan menjadi rekor laju ekspansi ekonomi terpanjang," tegas Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, mengutip Reuters.
Analisis Teknikal
![]() |
Maklum saja level Rp 14.140 merupakan level psikologis rupiah terhadap dolar AS. Level tersebut bisa dikatakan sebagai penahan pelemahan rupiah (support) yang paling dekat.
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, dolar AS terhadap rupiah belum memasuki wilayah jenuh jual nya (oversold), sehingga ruang penguatan rupiah sebenarnya masih ada meski tidak terlalu besar, hal ini tergambar melalui indikator teknikal bersifat momentum yakni Stochastic Slow (SS).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular