Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sebaliknya, rupiah melemah di perdagangan pasar spot.Â
Pada Jumat (12/4/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.153. Rupiah menguat tipis 0,02%.Â
Penguatan ini mengakhiri rantai pelemahan rupiah yang berlangsung selama 3 hari. Dalam periode tersebut, rupiah melemah 0,08%.Â
Namun tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya won Korea Selatan dan baht Thailand yang mampu menguat, sisanya tidak selamat.Â
Hanya saja pelemahan rupiah memang termasuk yang paling dalam di Benua Kuning. Rupiah menduduki peringkat kedua terbawah di klasemen mata uang utama Asia, hanya lebih baik dari sang tetangga serumpun, ringgit Malaysia.Â
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:07 WIB:Â
Investor ogah-ogahan masuk ke pasar keuangan Asia karena khawatir dengan risiko perlambatan ekonomi. Kekhawatiran ini dipicu oleh pernyataan Wakil Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Mitsuhiro Furukawa.Â
"Ketidakpastian menyangkut prospek pertumbuhan ekonomi di China menjadi faktor risiko yang besar. Penyebabnya adalah friksi dagang, yang tidak hanya mempengaruhi perdagangan tetapi juga investasi. Jika pertumbuhan ekonomi China lebih lambat dari perkiraan, maka risikonya akan mengglobal," tegas Furukawa kepada Reuters.Â
Untuk 2019, pemerintah China memperkirakan ekonomi tumbuh dalam kisaran 6-6,5%. Sementara IMF meramal di angka 6,3%. Padahal pertumbuhan ekonomi 6,6% pada 2018 saja adalah yang terlemah sejak 1990.Â
Akibatnya, investor pun untuk sementara menjauhi pasar keuangan Asia. Tidak hanya di pasar valas, bursa saham Asia pun ramai-ramai ditinggalkan sehingga terkoreksi. Pada pukul 10:16 WIB, indeks Hang Seng turun 0,29%, Shanghai Composite minus 0,22%, dan Straits Times berkurang 0,21%. Â