
Rupiah Terbaik Kedua Asia, Investor Makin Percaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 April 2019 16:51

Banjir sentimen positif dari eksternal berhasil mengangkat rupiah dari zona merah. Pertama, dolar AS sendiri memang sebenarnya tertekan. Pada pukul 16:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,01%.
Mata uang Negeri Paman Sam berada dalam posisi bertahan setelah rilis notulensi rapat The Federal Reserve/The Fed edisi Maret. Dalam rapat tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega semakin kalem (dovish).
"Mayoritas peserta rapat memperkirakan proyeksi ekonomi dan risiko ke depan kemungkinan menyebabkan suku bunga acuan tidak berubah sampai akhir tahun. Para peserta rapat juga menyadari berbagai ketidakpastian, termasuk yang menyangkut ekonomi dan pasar keuangan global," sebut risalah itu.
Pintu kenaikan suku bunga acuan yang semakin tertutup membuat dolar AS terpojok. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga, berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang seksi.
Kedua, masih dari AS, ada perkembangan baru seputar prospek damai dagang AS-China. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengaku telah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He melalui sambungan telepon.
Dia menggambarkan pembicaraan tersebut berlangsung sangat produktif. Menurut Mnuchin, Washington-Beijing sepakat untuk membentuk semacam kantor bersama untuk mengawasi pelaksanaan butir-butir kesepakatan damai dagang.
"Kami menyepakati semacam mekanisme implementasi. Disepakati bahwa kedua pihak akan membentuk kantor yang mengawasi pelaksanaan kesepakatan dagang," ungkap Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
Ketiga, di China juga ada rilis data positif. Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC).
Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret adalah 2,3% YoY, laju tercepat sejak Oktober 2018. Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah.
Keempat, pelaku pasar lega karena pertemuan Uni Eropa-Inggris untuk membahas Brexit membuahkan hasil yang memuaskan. Uni Eropa akhirnya setuju untuk memberikan tambahan waktu bagi Inggris untuk mempersiapkan perpisahan sampai 31 Oktober. Sedianya Brexit akan terjadi pada 12 April.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Mata uang Negeri Paman Sam berada dalam posisi bertahan setelah rilis notulensi rapat The Federal Reserve/The Fed edisi Maret. Dalam rapat tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega semakin kalem (dovish).
"Mayoritas peserta rapat memperkirakan proyeksi ekonomi dan risiko ke depan kemungkinan menyebabkan suku bunga acuan tidak berubah sampai akhir tahun. Para peserta rapat juga menyadari berbagai ketidakpastian, termasuk yang menyangkut ekonomi dan pasar keuangan global," sebut risalah itu.
Kedua, masih dari AS, ada perkembangan baru seputar prospek damai dagang AS-China. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengaku telah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He melalui sambungan telepon.
Dia menggambarkan pembicaraan tersebut berlangsung sangat produktif. Menurut Mnuchin, Washington-Beijing sepakat untuk membentuk semacam kantor bersama untuk mengawasi pelaksanaan butir-butir kesepakatan damai dagang.
"Kami menyepakati semacam mekanisme implementasi. Disepakati bahwa kedua pihak akan membentuk kantor yang mengawasi pelaksanaan kesepakatan dagang," ungkap Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
Ketiga, di China juga ada rilis data positif. Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC).
Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret adalah 2,3% YoY, laju tercepat sejak Oktober 2018. Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah.
Keempat, pelaku pasar lega karena pertemuan Uni Eropa-Inggris untuk membahas Brexit membuahkan hasil yang memuaskan. Uni Eropa akhirnya setuju untuk memberikan tambahan waktu bagi Inggris untuk mempersiapkan perpisahan sampai 31 Oktober. Sedianya Brexit akan terjadi pada 12 April.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Data Domestik Angkat Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular