
Survei BI
Tiket Pesawat Mahal, Kinerja Usaha Hotel Jadi Korban
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 April 2019 14:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tiket pesawat yang meroket terbukti membuat usaha perhotelan tak bergairah. Hal itu terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI).
Pada kuartal I-2019, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) usaha Hotel tercatat minus 0,11%. Artinya ada kontraksi pada kegiatan usaha yang dilakukan. Karena model bisnis hotel amat bergantung pada tingkat penghunian (okupansi) kamar, maka sudah tentu kontraksi usaha terjadi karena sepi pengunjung.
Sebenarnya pada kuartal I, SBT usaha hotel memang hampir selalu terkontraksi. Sebab pada kuartal sebelumnya ada masa liburan natal dan tahun baru yang biasanya cukup panjang.
Selain itu metode perhitungan SBT hanya mempertimbangkan kegiatan usaha saat ini dan kuartal sebelumnya. Kala lebih banyak yang menjawab 'meningkat', maka SBT akan bernilai positif. Sedangkan bila yang menjawab 'menurun' lebih banyak, SBT akan bernilai negatif.
Sudah tentu adanya libur natal dan tahun baru yang ada di kuartal IV-2018 membuat usaha hotel merasa 'menurun' pada kuartal I-2019. Pasalnya tak ada liburan panjang atau perayaan besar yang jatuh di periode tersebut. Mungkin kalau Idul Fitri jatuh di bulan Januari-Maret ceritanya akan berbeda.
Akan tetapi, bila dicermati lebih dalam, SBT usaha hotel pada kuartal I-2019 lebih rendah dibanding kuartal I-2018 yang sebesar minus 0,1%. Ini merupakan indikasi bahwa pengunjung makin sepi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perbandingan ini setara karena pada kuartal I-2018 juga tak ada libur panjang. Sama dengan kuartal I-2019.
Sinyal-sinyal pengaruh buruk harga tiket yang mahal terhadap usaha hotel makin jelas saat prediksi SBT hotel kuartal II-2019 hanya sebesar 0,15%.
Memang artinya meningkat. Jelas saja karena ada hari raya Idul Fitri. Libur lebaran biasanya berlangsung hingga satu minggu.
Akan tetapi, peningkatannya jauh dibawah kuartal II-2018 yang memiliki nilai SBT hotel sebesar 0,29%.
Artinya pengusaha perhotelan tengah pesimis atas usahanya karena prediksi jumlah pengunjung masih rendah.
Fakta ini sejatinya merupakan ancaman terhadap kinerja sektor pariwisata secara keseluruhan. Apalagi diketahui bahwa industri pariwisata menyumbang 5,8% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2018. Selain itu industri pariwisata juga merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke-4.
Bila harga tiket pesawat tak sesuai dengan daya beli masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi siap-siap jadi korban.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/taa) Next Article Harga Tiket Pesawat Mahal, Tingkat Hunian Hotel April Turun
Pada kuartal I-2019, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) usaha Hotel tercatat minus 0,11%. Artinya ada kontraksi pada kegiatan usaha yang dilakukan. Karena model bisnis hotel amat bergantung pada tingkat penghunian (okupansi) kamar, maka sudah tentu kontraksi usaha terjadi karena sepi pengunjung.
Sebenarnya pada kuartal I, SBT usaha hotel memang hampir selalu terkontraksi. Sebab pada kuartal sebelumnya ada masa liburan natal dan tahun baru yang biasanya cukup panjang.
Sudah tentu adanya libur natal dan tahun baru yang ada di kuartal IV-2018 membuat usaha hotel merasa 'menurun' pada kuartal I-2019. Pasalnya tak ada liburan panjang atau perayaan besar yang jatuh di periode tersebut. Mungkin kalau Idul Fitri jatuh di bulan Januari-Maret ceritanya akan berbeda.
Akan tetapi, bila dicermati lebih dalam, SBT usaha hotel pada kuartal I-2019 lebih rendah dibanding kuartal I-2018 yang sebesar minus 0,1%. Ini merupakan indikasi bahwa pengunjung makin sepi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perbandingan ini setara karena pada kuartal I-2018 juga tak ada libur panjang. Sama dengan kuartal I-2019.
Sinyal-sinyal pengaruh buruk harga tiket yang mahal terhadap usaha hotel makin jelas saat prediksi SBT hotel kuartal II-2019 hanya sebesar 0,15%.
Memang artinya meningkat. Jelas saja karena ada hari raya Idul Fitri. Libur lebaran biasanya berlangsung hingga satu minggu.
Akan tetapi, peningkatannya jauh dibawah kuartal II-2018 yang memiliki nilai SBT hotel sebesar 0,29%.
Artinya pengusaha perhotelan tengah pesimis atas usahanya karena prediksi jumlah pengunjung masih rendah.
Fakta ini sejatinya merupakan ancaman terhadap kinerja sektor pariwisata secara keseluruhan. Apalagi diketahui bahwa industri pariwisata menyumbang 5,8% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2018. Selain itu industri pariwisata juga merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke-4.
Bila harga tiket pesawat tak sesuai dengan daya beli masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi siap-siap jadi korban.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/taa) Next Article Harga Tiket Pesawat Mahal, Tingkat Hunian Hotel April Turun
Most Popular