
Seperti Nankatsu dan Toho, Rupiah dan Yen Jadi Juara Bersama
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2019 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini ditutup menguat di perdagangan pasar spot. Rupiah bahkan menjadi salah satu mata uang dengan penguatan tertinggi di Asia.
Pada Selasa (9/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.130 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,11%. Rupiah stabil menghuni zona hijau, tanpa pernah sedetik pun merasakan pelemahan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Kala pasar spot valas Indonesia ditutup, seluruh mata uang utama Asia juga menguat terhadap dolar AS. Tidak ada yang terjebak di zona merah, dolar AS benar-benar 'dikeroyok' di Benua Kuning.
Rupiah masih menjadi mata uang terbaik di Asia, tetapi kali ini harus berbagi podium dengan yen Jepang seperti Nankatsu dan Toho di komik Captain Tsubasa. Begitu juga dengan rupee India da won Korea Selatan yang sama-sama menghuni posisi kedua.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah cs berhasil memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 16:16 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,16%.
Dolar AS mulai tertahan akibat rilis data yang kurang oke. Pemesanan produk manufaktur made in the USA pada Februari turun 0,5% secara month-on-month (MoM).
Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) setelah apa yang dialami Boeing. Perusahaan dengan kode emiten BA tersebut memutuskan untuk mengurangi produksi pesawat jenis 737 MAX dari 52 unit/bulan menjadi 42 unit/bulan, akibat tragedi jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines (dan sebelumnya Lion Air).
Dengan data yang kurang oke ini, peluang kenaikan suku bunga acuan menjadi pupus lagi. Justru yang ada The Federal Reserve/The Fed akan semakin sadar bahwa perekonomian AS masih butuh dorongan, dan itu tidak bisa dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan.
Peluang kenaikan Federal Funds Rate yang semakin kecil membuat dolar AS mundur teratur. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik.
Investor juga menantikan rilis notulensi rapat (minutes of meeting) komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret. Dalam rapat tersebut, Jerome 'Jay' Powell dan rekan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau media 2,375%. The Fed juga mengubah proyeksi posisi suku bunga pada akhir 2019 dari 2,875% menjadi 2,375% alias kemungkinan tidak berubah dari saat ini.
Namun pelaku pasar ingin membaca seperti apa 'suasana kebatinan' dalam rapat itu. Bagaimana perdebatan di dalamnya? Apakah aura kalem (dovish) benar-benar kental di dalam rapat?
Sembari menantikan rilis notulensi ini, pelaku pasar memilih melepas dolar AS. Apalagi kalau nanti notulensi rapat benar-benar memperlihat bahwa The Fed sangat dovish. Dolar AS akan semakin tertekan.
Sentimen eksternal yang kondusif ini menyebabkan arus modal mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 596,61 miliar yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,91%.
Sementara di pasar obligasi, hari ini pemerintah melelang 7 seri surat utang yang mendatangkan penawaran total Rp 31,84 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 15,72 triliun, sedikit lebih tinggi dari target indikatif yaitu Rp 15 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (9/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.130 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,11%. Rupiah stabil menghuni zona hijau, tanpa pernah sedetik pun merasakan pelemahan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Kala pasar spot valas Indonesia ditutup, seluruh mata uang utama Asia juga menguat terhadap dolar AS. Tidak ada yang terjebak di zona merah, dolar AS benar-benar 'dikeroyok' di Benua Kuning.
Rupiah masih menjadi mata uang terbaik di Asia, tetapi kali ini harus berbagi podium dengan yen Jepang seperti Nankatsu dan Toho di komik Captain Tsubasa. Begitu juga dengan rupee India da won Korea Selatan yang sama-sama menghuni posisi kedua.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah cs berhasil memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 16:16 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,16%.
Dolar AS mulai tertahan akibat rilis data yang kurang oke. Pemesanan produk manufaktur made in the USA pada Februari turun 0,5% secara month-on-month (MoM).
Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) setelah apa yang dialami Boeing. Perusahaan dengan kode emiten BA tersebut memutuskan untuk mengurangi produksi pesawat jenis 737 MAX dari 52 unit/bulan menjadi 42 unit/bulan, akibat tragedi jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines (dan sebelumnya Lion Air).
Dengan data yang kurang oke ini, peluang kenaikan suku bunga acuan menjadi pupus lagi. Justru yang ada The Federal Reserve/The Fed akan semakin sadar bahwa perekonomian AS masih butuh dorongan, dan itu tidak bisa dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan.
Peluang kenaikan Federal Funds Rate yang semakin kecil membuat dolar AS mundur teratur. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik.
Investor juga menantikan rilis notulensi rapat (minutes of meeting) komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret. Dalam rapat tersebut, Jerome 'Jay' Powell dan rekan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau media 2,375%. The Fed juga mengubah proyeksi posisi suku bunga pada akhir 2019 dari 2,875% menjadi 2,375% alias kemungkinan tidak berubah dari saat ini.
Namun pelaku pasar ingin membaca seperti apa 'suasana kebatinan' dalam rapat itu. Bagaimana perdebatan di dalamnya? Apakah aura kalem (dovish) benar-benar kental di dalam rapat?
Sembari menantikan rilis notulensi ini, pelaku pasar memilih melepas dolar AS. Apalagi kalau nanti notulensi rapat benar-benar memperlihat bahwa The Fed sangat dovish. Dolar AS akan semakin tertekan.
Sentimen eksternal yang kondusif ini menyebabkan arus modal mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 596,61 miliar yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,91%.
Sementara di pasar obligasi, hari ini pemerintah melelang 7 seri surat utang yang mendatangkan penawaran total Rp 31,84 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 15,72 triliun, sedikit lebih tinggi dari target indikatif yaitu Rp 15 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular