
Selamat Rupiah, Anda Layak Dapat Bintang!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berhasil menguat di perdagangan pasar spot. Tidak sekadar menguat, rupiah pun menjadi mata uang terbaik di Asia.
Pada Selasa (9/4/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.140. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,11%. Sejak itu, rupiah stabil di zona hijau dengan pergerakan yang tidak terlalu dinamis.
Performa rupiah terlihat menonjol di level Asia. Sebab dengan penguatan 0,14%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning. Rupiah berhasil menggeser posisi yen Jepang yang sejak pagi menjadi juara Asia. Selamat!
Dolar AS memang kembali melempem setelah sempat agak sangar. Kini hanya sebagian kecil mata uang utama Asia yang masih melemah, yaitu won Korea Selatan, peso Filipina, dan dolar Taiwan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga sedang tertekan secara global. Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,05%.
Dolar AS mulai tertahan akibat rilis data yang kurang oke. Pemesanan produk manufaktur made in the USA pada Februari turun 0,5% secara month-on-month (MoM).
Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) setelah apa yang dialami Boeing. Perusahaan dengan kode emiten BA tersebut memutuskan untuk mengurangi produksi pesawat jenis 737 MAX dari 52 unit/bulan menjadi 42 unit/bulan, akibat tragedi jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines (dan sebelumnya Lion Air).
Dengan data kurang oke ini, peluang kenaikan suku bunga acuan menjadi pupus lagi. Justru yang ada The Federal Reserve/The Fed akan semakin sadar bahwa perekonomian AS masih butuh dorongan, dan itu tidak bisa dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 2,25-2,5 pada akhir 2019 adalah 52,2%. Bahkan kemungkinan untuk turun ke 2-2,25% cukup tinggi, mencapai 36,6%.
Peluang kenaikan Federal Funds Rate yang semakin kecil membuat dolar AS mundur teratur. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik.
Investor juga menantikan rilis notulensi rapat (minutes of meeting) komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret. Dalam rapat tersebut, Jerome 'Jay' Powell dan rekan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. The Fed juga mengubah proyeksi posisi suku bunga pada akhir 2019 dari 2,875% menjadi 2,375% alias kemungkinan tidak berubah dari saat ini.
Namun pelaku pasar ingin membaca seperti apa 'suasana kebatinan' dalam rapat itu. Bagaimana perdebatan di dalamnya? Apakah aura kalem (dovish) benar-benar kental di dalam rapat?
Sembari menantikan rilis notulensi ini, pelaku pasar memilih melepas dolar AS. Apalagi kalau nanti notulensi rapat benar-benar memperlihat bahwa The Fed sangat dovish. Dolar AS akan semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (9/4/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.140. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,11%. Sejak itu, rupiah stabil di zona hijau dengan pergerakan yang tidak terlalu dinamis.
Performa rupiah terlihat menonjol di level Asia. Sebab dengan penguatan 0,14%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning. Rupiah berhasil menggeser posisi yen Jepang yang sejak pagi menjadi juara Asia. Selamat!
Dolar AS memang kembali melempem setelah sempat agak sangar. Kini hanya sebagian kecil mata uang utama Asia yang masih melemah, yaitu won Korea Selatan, peso Filipina, dan dolar Taiwan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga sedang tertekan secara global. Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,05%.
Dolar AS mulai tertahan akibat rilis data yang kurang oke. Pemesanan produk manufaktur made in the USA pada Februari turun 0,5% secara month-on-month (MoM).
Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) setelah apa yang dialami Boeing. Perusahaan dengan kode emiten BA tersebut memutuskan untuk mengurangi produksi pesawat jenis 737 MAX dari 52 unit/bulan menjadi 42 unit/bulan, akibat tragedi jatuhnya pesawat milik Ethiopian Airlines (dan sebelumnya Lion Air).
Dengan data kurang oke ini, peluang kenaikan suku bunga acuan menjadi pupus lagi. Justru yang ada The Federal Reserve/The Fed akan semakin sadar bahwa perekonomian AS masih butuh dorongan, dan itu tidak bisa dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 2,25-2,5 pada akhir 2019 adalah 52,2%. Bahkan kemungkinan untuk turun ke 2-2,25% cukup tinggi, mencapai 36,6%.
Peluang kenaikan Federal Funds Rate yang semakin kecil membuat dolar AS mundur teratur. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik.
Investor juga menantikan rilis notulensi rapat (minutes of meeting) komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret. Dalam rapat tersebut, Jerome 'Jay' Powell dan rekan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. The Fed juga mengubah proyeksi posisi suku bunga pada akhir 2019 dari 2,875% menjadi 2,375% alias kemungkinan tidak berubah dari saat ini.
Namun pelaku pasar ingin membaca seperti apa 'suasana kebatinan' dalam rapat itu. Bagaimana perdebatan di dalamnya? Apakah aura kalem (dovish) benar-benar kental di dalam rapat?
Sembari menantikan rilis notulensi ini, pelaku pasar memilih melepas dolar AS. Apalagi kalau nanti notulensi rapat benar-benar memperlihat bahwa The Fed sangat dovish. Dolar AS akan semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular