Harga Minyak Tak Lagi Melesat, Rupiah Pede Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2019 09:32
Harga Minyak Tak Lagi Melesat, Rupiah <i>Pede</i> Menguat
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini bergerak menguat di pasar spot. Harga minyak yang sempat melonjak tetapi kini memasuki fase koreksi semakin menambah kepercayaan diri rupiah. 

Pada Selasa (9/4/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.145. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Sejak pembukaan pasar, rupiah sudah menguat dan bisa bertahan di zona hijau sampai sekarang. Jika penguatan ini terjaga sampai penutupan pasar, maka rupiah akan membalaskan dendam kemarin di mana rupiah melemah 0,28% di hadapan greenback. 


Namun rupiah perlu waspada karena dolar AS mulai menunjukkan taringnya di Asia. Dolar AS kini berhasil menguat di hadapan sejumlah mata uang utama Benua Kuning seperti won Korea Selatan, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Taiwan. 

Untuk saat ini rupiah boleh jumawa karena menempati posisi elit di klasemen mata uang Asia. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua, hanya kalah dari yen Jepang. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:28 WIB: 






(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dini hari tadi, harga minyak dunia sempat naik signifikan akibat kondisi Libya yang memanas. Pasukan Libyan National Army (LNA) melakukan serangan udara ke Bandara Mitiga, satu-satunya bandara yang beroperasi di ibukota Tripoli. 


Namun setelah melesat tajam, kini harga minyak mulai merasakan koreksi. Pada pukul 09:14 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,11%. 

Selain isu Libya yang mereda, pelaku pasar juga mengantisipasi pernyataan Rusia yang membuka kemungkinan untuk kembali menaikkan produksi pada tengah tahun ini. Sejak akhir tahun lalu, para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) plus negara produsen lain seperti Rusia mengurangi produksi 1,2 juta barel/hari untuk mengangkat harga si emas hitam. 

"Cukup mungkin bagi OPEC dan sekutunya untuk mengakhiri pemotongan produksi mengingat kondisi pasar yang sudah membaik serta stok yang berkurang. Mungkin saja dalam pertemuan OPEC pada Juni nanti akan diumumkan untuk mengakhiri pemotongan (produksi)," ungkap Kiril Dimitriev, Kepala RDIF (sovereign wealth fund Rusia), mengutip Reuters. 

Prospek tambahan pasokan membuat harga minyak turun lumayan drastis. Ini menjadi sentimen positif buat rupiah. 

Kala harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah. Tekanan terhadap neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan berkurang, sehingga rupiah punya lebih banyak ruang untuk menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular