
Dolar Tanpa Tenaga di Awal Pekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 April 2019 19:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar jeblok di perdagangan pertama pekan ini, jelang dibukanya perdagangan sesi AS Senin (8/4/19) pukul 18:37 WIB indeks dolar melemah sekitar 0,22% menjadi 97,18.
Jelang rilis data inflasi AS Rabu (10/4/19) nanti, pasar mulai melihat kembali outlook perekonomian AS. Inflasi di AS diperkirakan naik 0,3% di bulan Mare, melansir data dari Forex Factory. Kabar buruknya adalah kenaikan rata-rata upah di AS di bawah inflasi tersebut.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan rata-rata upah per jam hanya naik 0,1% di bulan Maret. Kenaikan upah yang lebih rendah dari inflasi tentu akan mengurangi daya beli warga AS.
Penurunan daya beli akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) AS, mengingat sektor konsumsi berkontribusi hampir 69% terhadap PDB di tahun 2018 lalu, mengutip laporan dari The Balance.
Realita tersebut membuat yield obligasi AS tenor 10 tahun turun pada perdagangan hari ini. Dolar terlihat rontok di hadapan lawan-lawan utamanya, bahkan terhadap euro yang menjadi lawan terberat.
Indeks dolar yang sering dijadikan tolak ukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut dibentuk dari enam mata uang. Euro menjadi kontributor terbesar yakni 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Euro yang awalnya terlihat loyo mendadak mendapat momentum penguatan, jelang pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pada hari Rabu nanti.
Setelah bersikap dovish pada bulan Maret lalu, ECB diperkirakan tidak akan terburu-buru untuk mengubah kebijakan-nya, dan lebih mengambil sikap wait and see.
Selain ECB, Federal Reserve (The Fed) AS juga akan merilis notula atau risalah rapat kebijakan moneter 21 Maret lalu, ketika Bank Sentral tersebut menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini.
Risalah tersebut akan dirilis pada Kamis dini hari waktu Indonesia, dan akan menunjukkan detail sudut pandang para anggota pembuat kebijakan terhadap kondisi ekonomi AS dan outlook suku bunga nantinya.
Pelemahan dolar berpotensi berlanjut memasuki sesi AS melihat hanya ada data pesanan pabrik yang akan dirilis pukul 21:00 WIB. Mengutip Forex Factory, data tersebut diprediksi turun 0,5% dibandingkan sebelumnya yg naik 0,1%, sehingga akan menekan dolar lebih lanjut jika dirilis sesuai prediksi atau malah lebih buruk lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Jelang rilis data inflasi AS Rabu (10/4/19) nanti, pasar mulai melihat kembali outlook perekonomian AS. Inflasi di AS diperkirakan naik 0,3% di bulan Mare, melansir data dari Forex Factory. Kabar buruknya adalah kenaikan rata-rata upah di AS di bawah inflasi tersebut.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan rata-rata upah per jam hanya naik 0,1% di bulan Maret. Kenaikan upah yang lebih rendah dari inflasi tentu akan mengurangi daya beli warga AS.
Realita tersebut membuat yield obligasi AS tenor 10 tahun turun pada perdagangan hari ini. Dolar terlihat rontok di hadapan lawan-lawan utamanya, bahkan terhadap euro yang menjadi lawan terberat.
Indeks dolar yang sering dijadikan tolak ukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut dibentuk dari enam mata uang. Euro menjadi kontributor terbesar yakni 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Euro yang awalnya terlihat loyo mendadak mendapat momentum penguatan, jelang pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pada hari Rabu nanti.
Setelah bersikap dovish pada bulan Maret lalu, ECB diperkirakan tidak akan terburu-buru untuk mengubah kebijakan-nya, dan lebih mengambil sikap wait and see.
Selain ECB, Federal Reserve (The Fed) AS juga akan merilis notula atau risalah rapat kebijakan moneter 21 Maret lalu, ketika Bank Sentral tersebut menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini.
Risalah tersebut akan dirilis pada Kamis dini hari waktu Indonesia, dan akan menunjukkan detail sudut pandang para anggota pembuat kebijakan terhadap kondisi ekonomi AS dan outlook suku bunga nantinya.
Pelemahan dolar berpotensi berlanjut memasuki sesi AS melihat hanya ada data pesanan pabrik yang akan dirilis pukul 21:00 WIB. Mengutip Forex Factory, data tersebut diprediksi turun 0,5% dibandingkan sebelumnya yg naik 0,1%, sehingga akan menekan dolar lebih lanjut jika dirilis sesuai prediksi atau malah lebih buruk lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Most Popular