Ini 5 Saham Paling Cuan, Sepekan Naik 33%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 April 2019 12:24
Ini 5 Saham Paling Cuan, Sepekan Naik 33%
Foto: Oppo Stock In Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, Indeks Saham Gabungan (IHSG) memang bergerak relatif stabil dengan penguatan tipis 0,08% ke level 6.501,09.

Namun, meski pergerakan IHSG stabil, beberapa emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan imbal hasil hingga 33%. Mayoritas emiten dengan cuan tertinggi pekan ini berasal dari industri pengembang properti.

Lalu, siapa sajakah mereka?

1. PT Sanurhusa Mitra Tbk (MINA)
MINA Merupakan salah satu emiten pengembang properti yang fokus pada pembangunan dan pengelolaan hotel atau resor. Salah satu anak usaha perusahaan terlibat dalam pengembangan resor yang bernama 'The Santai' di daerah Sanur, Bali.

Sepanjang pekan ini, harga saham perusahaan melesat 33,33% ke level Rp 1.320.

Di tahun 2018, MINA membukukan pertumbuhan laba bersih 13,42% year-on-year (YoY) menjadi Rp 1,97 miliar dari periode sebelumnya yang hanya Rp 1,74 miliar. Alhasil perusahaan mampu mendistribusikan laba per saham hingga Rp 15/unit saham.

Kenaikan laba bersih seiring dengan pesatnya penjualan pondok wisata dengan total perolehan Rp 11,75 miliar dari sebelumnya Rp 9,85 miliar. Penjualan pondok wisata berasal dari pemasukan booking kamar, makanan dan minuman, dan lainnya. Selain itu, perusahaan juga mengantongi tambahan pemasukan dari penghasilan keuangan sebesar Rp 764,12 juta.

2. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
Pekan ini, harga saham DUTI naik sebesar 32,93% menjadi Rp 5.450/unit yang merupakan capaian tertinggi perusahaan sejak 10 Agustus 2018.

Akan tetapi, pergerakan saham perusahaan properti milik Grup Sinarmas ini, memang memiliki tingkat volatilitas yang tinggi dan beberapa kali sempat mendapat peringatan dari BEI.

Sepanjang tahun lalu, DUTI mengantongi laba hingga Rp 911,49 miliar atau naik 70,27% YoY dari laba tahun 2017 yang sebesar Rp 535,31 miliar.

Kenaikan laba bersih ditopang oleh pendapatan usaha yang melompat Rp 29,5% menjadi Rp 2,23 triliun dan tambahan pemasukan sebesar Rp 51,01 miliar dari kegiatan pengelolaan dan jasa manajemen.

3. PT Pikko Land Development Tbk (RODA)
RODA adalah emiten properti yang beroperasi sejak tahun 1995 dan pengelola Sahid Sudirman Residence.

Perusahaan mencatatkan kenaikan harga hingga 30,36% selama sepekan, dari Rp 560/unit menjadi Rp 730/unit. Pencapaian ini merupakan rekor tertinggi perusahaan, setidaknya sejak 2 tahun belakangan.

Uniknya, harga emiten RODA mampu melesat meskipun di tahun 2018, kinerja keuangan perusahaan kurang memuaskan.

Laporan keuangan mencatat, tahun lalu pendapatan Pikko Land turun 19% menjadi Rp 243,14 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 299,97 miliar. Laba bersih langsung anjlok 92% hingga menjadi Rp 1,54 miliar dari sebelumnya Rp 19,58 miliar.

Salah satu pemicu laba terkoreksi ialah perusahaan tak lagi mendapat tambahan pendapatan dari bisnis sewa perkantoran. Padahal tahun 2017, Pikko Land masih memperoleh pendapatan dari lini ini mencapai Rp 91 miliar.
4. PT Indo Kordsa Tbk (BRAM)
Produsen benang polister dan kain untuk ban, PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) juga berhasil menduduki posisi top gainer pekan ini dengan membukukan kenaikan harga saham hingga 20%. Selama sepekan harga emiten BRAM naik dari Rp 7.750/unit menjadi Rp 9.300/unit.

Perolehan imbal hasil tersebut berhasil dicatatkan oleh BRAM meskipun kinerja keuangan perusahaan tahun lalu kurang memuaskan.

Pasalnya, laba bersih perusahaan anjlok 23,77% YoY menjadi US$ 16,97 juta atau setara Rp 245,76 miliar (kurs Rp 14.481/US$). Perusahaan membukukan penurunan laba bersih, meskipun total pendapatan di tahun 2018 naik 9,37% YoY, dari US$ 241,78 juta menjadi US$ 264,44 juta.

Besar kemungkinan, laba BRAM anjlok karena adanya peningkatan beban penjualan dan rugi atas selisih kurs yang semakin melebar.

Sebagai informasi tambahan, perusahaan juga menjual produknya tidak hanya di pasar domestik tapi juga pasar internasional, seperti Thailand, Jepang, China, Korea Selatan, dan Turki.

5. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Entitas usaha sawit Grup Salim, LSIP,menduduki posisi top gainers dengan kenaikan harga saham hingga 16,27% ke level Rp 1.230/unit dari sebelumnya Rp 1.040/unit.

Peningkatan harga saham LSIP besar kemungkinan didorong oleh penguatan harga minyak sawit mentah (CPO) yang terus mencatatkan reli 5 hari beruntun. Harga CPO kontrak Juni di Bursa Derivatives Malaysia Exchange naik 6,4% menyentuh posisi MYR 2.129/ton, di mana nilai ini merupakan perolehan tertinggi semenjak 22 Februari 2019.

Selain itu, kinerja LSIP juga cukup baik di tahun 2018. Perusahaan mencatatkan penjualan Rp 4,02 triliun atau turun 15,2% YoY dari 2017 sebesar Rp 4,74 triliun. Kontribusi produk sawit terhadap total penjualan mencapai 91% diikuti oleh karet sekitar 5% dan benih bibit sawit sekitar 2%.

Akan tetapi, laba bersih LSIP anjlok 54,8% menjadi Rp331,4 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 733,3 miliar. Benny Tjoeng, Presiden Direktur LSIP mengakui bahwa kinerja perseroan terkena dampak penurunan harga komoditas terutama harga CPO dan karet. Tercatat, sepanjang 2018 harga CPO anjlok 16% dibandingkan 2017. Meski demikian, dari sisi produksi perusahaan tumbuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular