
Data Tenaga Kerja AS Bawa Wall Street Berakhir di Zona Hijau
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 April 2019 06:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, mencatatkan kenaikan di perdagangan Jumat (5/4/2019). Hal itu disebabkan oleh angka pertumbuhan lapangan kerja pada bulan Maret yang melampaui ekspektasi.
Bahkan, membaiknya angka lapangan pekerjaan telah meredakan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi yang secara berkala mengguncang pasar keuangan selama setahun terakhir.
Indeks patokan S&P 500 ditutup naik tujuh hari beruntun setelah kembali berada di zona hijau pada Jumat. Ini merupakan kenaikan berturut-turut terpanjang sejak Oktober 2017.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka pekerjaan non-pertanian naik menjadi 196.000 pada bulan Maret, melampaui perkiraan kenaikan menjadi 180.000 oleh para ekonom yang disurvei Reuters.
Data pekerjaan pada bulan Februari juga direvisi naik, di mana terdapat 33.000 kenaikan jumlah pekerja, bukan 20.00 seperti yang dilaporkan sebenarnya. Itu merupakan kenaikan terendah sejak September 2017.
Data yang baik tersebut datang setelah kurva imbal hasil sempat terbalik beberapa pekan lalu. Kurva terbalik adalah saat imbal hasil Treasury bertenor tiga bulan lebih tinggi dibandingkan imbal hasil untuk obligasi bertenor 10 tahun. Hal ini biasanya dijadikan tanda-tanda akan terjadinya resesi.
"Pembalikan kurva imbal hasil membuat orang-orang ketakutan, membuat mereka berpikir tentang resesi," kata Andrew Slimmon, manajer portofolio senior di Morgan Stanley Investment Management di New York. "Data seperti hari ini menghilangkan (kekhawatiran)-nya." Tambahnya, seperti dilansir dari Reuters.
Namun, kenaikan upah melambat pada bulan Maret. Akibatnya, data secara luas tercatat seperti mendukung hasil keputusan The Federal Reserve yang menjadi lebih bersemangat dalam memperketat kebijakan moneternya.
The Fed yang dovish dan tingginya harapan investor akan terjadinya kesepakatan dagang antara AS-China telah mengangkat S&P 500 ke level tertinggi sejak 9 Oktober, di mana indeks itu hanya 1,3% di bawah rekor penutupan tertingginya.
Dow Jones Industrial Average naik 40,36 poin atau 0,15%, menjadi 26.424,99, S&P 500 naik 13,35 poin atau 0,46% menjadi 2.892,74 dan Nasdaq Composite tumbuh 46,91 poin atau 0,59%, menjadi 7.938,69.
Pada hari Jumat, saham energi melonjak 1,7%, persentase kenaikan terbesar di antara sektor S&P 500, karena harga minyak menguat setelah rilis data pekerjaan AS dan harapan bahwa konflik di Libya dapat mengurangi pasokan.
Saham teknologi naik 0,4%, rebound dari penurunan Kamis karena saham Apple Inc dan Microsoft Corp mencatatkan kenaikan.
Sayangnya, saham Dow Inc membatasi kenaikan di Dow Industrials. Saham itu anjlok 4,1% karena J.P. Morgan memberikan penilaian peringkat "underweight" terhadap perusahaan, yang dipisahkan dari DowDuPont Inc tersebut.
Saham Boeing Co juga turun 1% setelah UBS memangkas target harga dan mengeluarkan laporan awal setelah kecelakaan fatal Ethiopian Airlines bulan lalu.
(hps/hps) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Bahkan, membaiknya angka lapangan pekerjaan telah meredakan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi yang secara berkala mengguncang pasar keuangan selama setahun terakhir.
Indeks patokan S&P 500 ditutup naik tujuh hari beruntun setelah kembali berada di zona hijau pada Jumat. Ini merupakan kenaikan berturut-turut terpanjang sejak Oktober 2017.
Data pekerjaan pada bulan Februari juga direvisi naik, di mana terdapat 33.000 kenaikan jumlah pekerja, bukan 20.00 seperti yang dilaporkan sebenarnya. Itu merupakan kenaikan terendah sejak September 2017.
Data yang baik tersebut datang setelah kurva imbal hasil sempat terbalik beberapa pekan lalu. Kurva terbalik adalah saat imbal hasil Treasury bertenor tiga bulan lebih tinggi dibandingkan imbal hasil untuk obligasi bertenor 10 tahun. Hal ini biasanya dijadikan tanda-tanda akan terjadinya resesi.
"Pembalikan kurva imbal hasil membuat orang-orang ketakutan, membuat mereka berpikir tentang resesi," kata Andrew Slimmon, manajer portofolio senior di Morgan Stanley Investment Management di New York. "Data seperti hari ini menghilangkan (kekhawatiran)-nya." Tambahnya, seperti dilansir dari Reuters.
Namun, kenaikan upah melambat pada bulan Maret. Akibatnya, data secara luas tercatat seperti mendukung hasil keputusan The Federal Reserve yang menjadi lebih bersemangat dalam memperketat kebijakan moneternya.
The Fed yang dovish dan tingginya harapan investor akan terjadinya kesepakatan dagang antara AS-China telah mengangkat S&P 500 ke level tertinggi sejak 9 Oktober, di mana indeks itu hanya 1,3% di bawah rekor penutupan tertingginya.
Dow Jones Industrial Average naik 40,36 poin atau 0,15%, menjadi 26.424,99, S&P 500 naik 13,35 poin atau 0,46% menjadi 2.892,74 dan Nasdaq Composite tumbuh 46,91 poin atau 0,59%, menjadi 7.938,69.
Pada hari Jumat, saham energi melonjak 1,7%, persentase kenaikan terbesar di antara sektor S&P 500, karena harga minyak menguat setelah rilis data pekerjaan AS dan harapan bahwa konflik di Libya dapat mengurangi pasokan.
Saham teknologi naik 0,4%, rebound dari penurunan Kamis karena saham Apple Inc dan Microsoft Corp mencatatkan kenaikan.
Sayangnya, saham Dow Inc membatasi kenaikan di Dow Industrials. Saham itu anjlok 4,1% karena J.P. Morgan memberikan penilaian peringkat "underweight" terhadap perusahaan, yang dipisahkan dari DowDuPont Inc tersebut.
Saham Boeing Co juga turun 1% setelah UBS memangkas target harga dan mengeluarkan laporan awal setelah kecelakaan fatal Ethiopian Airlines bulan lalu.
(hps/hps) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Most Popular