
Rupiah Kian Perkasa, Jauh Tinggalkan Para Tetangganya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2019 09:34

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah mampu standout di antara para tetangganya. Pertama adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 09:17 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing turun 0,36% dan 0,08%.
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat.
Kedua adalah masih derasnya aliran modal di pasar keuangan Indonesia. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,8 basis poin (bps) pada pukul 09:20 WIB. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Inflasi domestik yang 'santai' membuat surat utang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) begitu menarik. Per Maret, inflasi tercatat 2,48% year-on-year (YoY) atau laju paling lambat sejak November 2009.
Saat ini yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun ada di 7,569%. Dengan inflasi di 2,48%, maka keuntungan riil yang didapat investor masih lumayan menggiurkan yaitu 5,09%. Jadi tidak heran investor (terutama asing) masih menggemari surat utang pemerintah.
Per 1 April 2019, kepemilikan investor di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 963,67 triliun, naik 7,85% dibandingkan posisi awal tahun. Dalam periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan kepemilikan investor asing hanya 2,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat.
Kedua adalah masih derasnya aliran modal di pasar keuangan Indonesia. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,8 basis poin (bps) pada pukul 09:20 WIB. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Saat ini yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun ada di 7,569%. Dengan inflasi di 2,48%, maka keuntungan riil yang didapat investor masih lumayan menggiurkan yaitu 5,09%. Jadi tidak heran investor (terutama asing) masih menggemari surat utang pemerintah.
Per 1 April 2019, kepemilikan investor di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 963,67 triliun, naik 7,85% dibandingkan posisi awal tahun. Dalam periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan kepemilikan investor asing hanya 2,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular