
Ekonom BCA: Tanda-tanda Apresiasi Rupiah Masih Kuat
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
05 April 2019 08:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sudah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot selama 4 hari berturut-turut. Jika perdagangan Jumat ini (5/4/2019), kurs rupiah ditutup menguat lagi terhadap dolar AS, maka penguatannya menjadi 5 hari berturut-turut.
Kamis kemarin (4/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.175. Level ini menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,28% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan Selasa di pasar spot, sebelum libur hari libur Isra Miraj, dan menyentuh titik terkuat sejak 25 Maret lalu.
Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, saat pembukaan pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah sudah menguat 0,21%, setelah itu mata uang Tanah Air bergerak stabil di zona hijau.
Jumat ini, Tim Riset CNBC Indonesia sudah melihat tanda-tanda apresiasi nilai tukar rupiah di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Dan, pada saat dibuka di pasar spot pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka stagnan dan mampu ditahan di bawah Rp 14.200, tepatnya Rp 14.175.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, apa yang dialami nilai tukar rupiah saat ini merupakan dampak positif dari faktor global dan domestik yang memang sama-sama mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
"[Penguatan nilai tukar rupiah] lebih karena, kemarin ada berita yang cukup bagus. Trump [Presiden AS Donald Trump] bilang perlu waktu enam minggu lagi untuk menyiapkan kesepakatannya [perjanjian dagang dengan China]," katanya kepada kepada Tim CNBC Indonesia, Jumat (5/4/2019).
"Mereka [AS dan China] menyetujui beberapa poin pokok misalnya, AS mau mengimpor lebih banyak produk pertanian China. Selain itu ada pertemuan juga pada 4 April. Ini membuat pasar optimistis," katanya lagi.
"Kalau dari Indonesia [faktor domestik] data indeks manufaktur 51,2. Ini di atas 50, artinya membaik, banyak perusahaan mulai meningkatkan inventory-nya, sehingga produk manufaktur meningkat."
Selain kedua faktor tersebut, menurut David, ada faktor lain yang juga bisa membuat nilai tukar rupiah semakin menguat yakni Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan momen Pemilihan Umum 2019.
Namun, kedua faktor tersebut belum selesai dan belum terjadi, sehingga belum bisa dikatakan sebagai faktor yang turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah saat ini.
"Saat ini baru itu sih faktor yang mempengaruhi. Kalau faktor lain yang bisa mempengaruhi penguatan rupiah ya mungkin nanti kalau Brexit dan Pemilu selesai."
Dengan faktor-faktor tersebut, David Sumual memperkirakan hari ini, nilai tukar rupiah berada dalam range Rp 14.100 sampai Rp 14.220 per US$ 1. Perkiraan David tersebut sejalan dengan Tim Riset CNBC Indonesia yang sudah melihat tanda-tanda apresiasi nilai tukar rupiah.
"Saat ini bisa menguat tapi tipis, ya mungkin datar, kalau range-nya perkiraan masih di Rp 14.100-14.220. Intinya saat ini faktor global maupun domestik masih menunjukkan sentimen positif."
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Kamis kemarin (4/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.175. Level ini menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,28% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan Selasa di pasar spot, sebelum libur hari libur Isra Miraj, dan menyentuh titik terkuat sejak 25 Maret lalu.
Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, saat pembukaan pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah sudah menguat 0,21%, setelah itu mata uang Tanah Air bergerak stabil di zona hijau.
Jumat ini, Tim Riset CNBC Indonesia sudah melihat tanda-tanda apresiasi nilai tukar rupiah di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Dan, pada saat dibuka di pasar spot pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka stagnan dan mampu ditahan di bawah Rp 14.200, tepatnya Rp 14.175.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, apa yang dialami nilai tukar rupiah saat ini merupakan dampak positif dari faktor global dan domestik yang memang sama-sama mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
"[Penguatan nilai tukar rupiah] lebih karena, kemarin ada berita yang cukup bagus. Trump [Presiden AS Donald Trump] bilang perlu waktu enam minggu lagi untuk menyiapkan kesepakatannya [perjanjian dagang dengan China]," katanya kepada kepada Tim CNBC Indonesia, Jumat (5/4/2019).
"Mereka [AS dan China] menyetujui beberapa poin pokok misalnya, AS mau mengimpor lebih banyak produk pertanian China. Selain itu ada pertemuan juga pada 4 April. Ini membuat pasar optimistis," katanya lagi.
"Kalau dari Indonesia [faktor domestik] data indeks manufaktur 51,2. Ini di atas 50, artinya membaik, banyak perusahaan mulai meningkatkan inventory-nya, sehingga produk manufaktur meningkat."
Selain kedua faktor tersebut, menurut David, ada faktor lain yang juga bisa membuat nilai tukar rupiah semakin menguat yakni Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan momen Pemilihan Umum 2019.
Namun, kedua faktor tersebut belum selesai dan belum terjadi, sehingga belum bisa dikatakan sebagai faktor yang turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah saat ini.
Dengan faktor-faktor tersebut, David Sumual memperkirakan hari ini, nilai tukar rupiah berada dalam range Rp 14.100 sampai Rp 14.220 per US$ 1. Perkiraan David tersebut sejalan dengan Tim Riset CNBC Indonesia yang sudah melihat tanda-tanda apresiasi nilai tukar rupiah.
"Saat ini bisa menguat tapi tipis, ya mungkin datar, kalau range-nya perkiraan masih di Rp 14.100-14.220. Intinya saat ini faktor global maupun domestik masih menunjukkan sentimen positif."
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular