
Sah! Tambah Modal Rp 935 M, BULL akan Beli Kapal Baru
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 April 2019 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pelayaran dan perkapalan PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 3,40 miliar saham baru atau 31,78% dari total saham yang tercatat dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dari penerbitan saham baru tersebut, perusahaan menargetkan meraup dana segar sebesar Rp 935 miliar.
Hal itu disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berlangsung di Sampoerna Strategic Square Jakarta, Kamis (4/4/2019). Namun, dalam RUPSLB yang berlangsung hari ini, pemegang saham menyetujui tidak ada pembagian dividen.
Direktur Komersial BULL, Henrianto Kuswendi menjelaskan, dana dari hasil penerbitan saham baru tersebut akan dipakai untuk menambah kapal. Saat ini perusahaan memiliki 16 unit kapal tanker.
"Dana rights issue akan dipakai untuk investasi pembelian kapal, karena kita masih ada beberapa prospek dari dalam negeri seperti pengangkutan minyak maupun batu bara karena adanya aturan Domestik Market Obligation (DMO)," kata Henrianto.
Henrianto menjelaskan, asumsi harga pelaksanaan yang ditetapkan per sahamnya sebesar Rp 275 per saham, jauh di atas nilai buku Rp 390 per saham. April ini, perusahaan akan mengajukan aksi korporasinya kepada Otoritas Jasa Keuangan. "Realisasi penerbitan saham baru targetnya bulan ini," tutur dia.
Sebelumnya, manajemen BULL menegaskan, rencana rights issue emiten yang dulunya bernama Buana Listya Tama ini akan mempengaruhi kondisi keuangan perseroan secara positif dan meningkatkan kemampuan perseroan untuk ekspansi usaha, sehingga akan berdampak positif pada laba perusahaan.
Wong Kevin, Direktur Utama Buana Lintas, mengatakan perseroan masih memiliki dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) II yang dilakukan pada 30 Mei 2018 yakni tersisa Rp 199,89 miliar. Pada PUT II tersebut, Buana Lintas memperoleh dana bersih mencapai Rp 327 miliar.
"Dalam rencana, dana digunakan untuk modal kerja Rp 140 miliar, dan pembelian kapal Rp 186,83 miliar. Sisa dana yang masih ada pada 31 Desember 2018 yakni Rp 199,89 miliar karena dana yang digunakan untuk pembelian kapal baru Rp 18,61 miliar," kata Kevin dalam keterbukaan informasi pada Januari lalu di BEI.
Informasi saja, hingga 30 September, pemegang saham terbesar BULL di antaranya UOB Kay Hian Hong Kong Tesco International Capital 13,75%, CSSEL PRBR AS Client AC for Cayman Fund 10,47%, PT Delta Royal Sejahtera 8,01%, PT Danatama Perkasa 7,81%, dan sisanya direksi dan komisaris.
Per September 2018, pendapatan Buana Lintas naik menjadi menjadi US$ 65,61 juta dari 2017 sebesar US$ 48,53 juta, sementara laba bersih juga naik menjadi US$ 10,05 juta dari September 2017 sebesar US$ 8,79 juta.
Angkut Batu Bara
Selain itu, Buana Lintas Lautan juga mulai melirik bisnis pengangkutan batu bara untuk mendiversifikasi usaha.
Potensi pengangkutan batu bara tersebut sangat besar, sebab saat ini perusahaan tambang batu bara dalam negeri diwajibkan memenuhi peraturan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait alokasi pasokan batu bara dalam negeri/domestic market obligation (DMO) sebesar 25%.
"Kemungkinan selalu ada untuk shipping mineral, kita akan lihat mana yang lebih menguntungkan, saat ini bisnis utama kami pengangkutan minyak dan gas," kata Direktur Komersial BULL, Henrianto Kuswendi saat ditemui usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berlangsung di Sampoerna Strategic Square Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Dijelaskan Henrianto, saat ini pangsa pasar BULL untuk pengangkutan migas sebesar 25% dari kontrak dengan PT Pertamina (Persero). Namun mengenai potensi shipping mineral, ia menilai akan fokus pada pengangkutan dengan skala besar. "Kita fokus dengan kapasitas muatan 30.000 ton ke atas, skala besar," ujar dia.
Selain melirik bisnis pengangkutan baru bara, perusahaan juga tengah mengkaji penerbitan surat utang atau obligasi senilai US$ 200 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Surat utang tersebut bakal diterbitkan di luar negeri dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas, diversifikasi pendanaan, dan memperoleh pendanaan lebih panjang dengan bunga tetap. Namun untuk target pelaksanaanya akan ditetapkan kemudian setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( RUPSLB) perseroan pada 2 Mei 2019.
"Dana dari penerbitan obligasi akan dipakai untuk modal kerja dan ekspansi bisnis," kata Henrianto.
Rencananya, surat utang yang akan diterbitkan tersebut memiliki tingkat bunga sebesar 6,5%-12,5% dengan jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkan.
Transaksi ini merupakan transaksi material karena nilai transaksi lebih dari 50% dari ekuitas perusahaan sehingga memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari pemegang saham.
Adapun penjamin surat utang ini adalah 10 anak usaha perseroan yakni PT Berlian Dumai Logistik, PT Citrine Maritime, PT Diamond Maritime, PT Emerald Maritime, PT Gemilang Bina Lintas Tirta, PT Nusa Bhakti Jayaraya, PT Pearl Maritime, PT Ruby Maritime, PT Sapphire Maritime dan PT Topaz Maritime.
(hps) Next Article Pandemi, Bisnis Kapal Tanker Andalkan Kontrak Angkut
Hal itu disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berlangsung di Sampoerna Strategic Square Jakarta, Kamis (4/4/2019). Namun, dalam RUPSLB yang berlangsung hari ini, pemegang saham menyetujui tidak ada pembagian dividen.
Direktur Komersial BULL, Henrianto Kuswendi menjelaskan, dana dari hasil penerbitan saham baru tersebut akan dipakai untuk menambah kapal. Saat ini perusahaan memiliki 16 unit kapal tanker.
"Dana rights issue akan dipakai untuk investasi pembelian kapal, karena kita masih ada beberapa prospek dari dalam negeri seperti pengangkutan minyak maupun batu bara karena adanya aturan Domestik Market Obligation (DMO)," kata Henrianto.
Sebelumnya, manajemen BULL menegaskan, rencana rights issue emiten yang dulunya bernama Buana Listya Tama ini akan mempengaruhi kondisi keuangan perseroan secara positif dan meningkatkan kemampuan perseroan untuk ekspansi usaha, sehingga akan berdampak positif pada laba perusahaan.
Wong Kevin, Direktur Utama Buana Lintas, mengatakan perseroan masih memiliki dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) II yang dilakukan pada 30 Mei 2018 yakni tersisa Rp 199,89 miliar. Pada PUT II tersebut, Buana Lintas memperoleh dana bersih mencapai Rp 327 miliar.
"Dalam rencana, dana digunakan untuk modal kerja Rp 140 miliar, dan pembelian kapal Rp 186,83 miliar. Sisa dana yang masih ada pada 31 Desember 2018 yakni Rp 199,89 miliar karena dana yang digunakan untuk pembelian kapal baru Rp 18,61 miliar," kata Kevin dalam keterbukaan informasi pada Januari lalu di BEI.
Informasi saja, hingga 30 September, pemegang saham terbesar BULL di antaranya UOB Kay Hian Hong Kong Tesco International Capital 13,75%, CSSEL PRBR AS Client AC for Cayman Fund 10,47%, PT Delta Royal Sejahtera 8,01%, PT Danatama Perkasa 7,81%, dan sisanya direksi dan komisaris.
Per September 2018, pendapatan Buana Lintas naik menjadi menjadi US$ 65,61 juta dari 2017 sebesar US$ 48,53 juta, sementara laba bersih juga naik menjadi US$ 10,05 juta dari September 2017 sebesar US$ 8,79 juta.
Angkut Batu Bara
Selain itu, Buana Lintas Lautan juga mulai melirik bisnis pengangkutan batu bara untuk mendiversifikasi usaha.
Potensi pengangkutan batu bara tersebut sangat besar, sebab saat ini perusahaan tambang batu bara dalam negeri diwajibkan memenuhi peraturan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait alokasi pasokan batu bara dalam negeri/domestic market obligation (DMO) sebesar 25%.
"Kemungkinan selalu ada untuk shipping mineral, kita akan lihat mana yang lebih menguntungkan, saat ini bisnis utama kami pengangkutan minyak dan gas," kata Direktur Komersial BULL, Henrianto Kuswendi saat ditemui usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berlangsung di Sampoerna Strategic Square Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Dijelaskan Henrianto, saat ini pangsa pasar BULL untuk pengangkutan migas sebesar 25% dari kontrak dengan PT Pertamina (Persero). Namun mengenai potensi shipping mineral, ia menilai akan fokus pada pengangkutan dengan skala besar. "Kita fokus dengan kapasitas muatan 30.000 ton ke atas, skala besar," ujar dia.
Selain melirik bisnis pengangkutan baru bara, perusahaan juga tengah mengkaji penerbitan surat utang atau obligasi senilai US$ 200 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Surat utang tersebut bakal diterbitkan di luar negeri dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas, diversifikasi pendanaan, dan memperoleh pendanaan lebih panjang dengan bunga tetap. Namun untuk target pelaksanaanya akan ditetapkan kemudian setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( RUPSLB) perseroan pada 2 Mei 2019.
"Dana dari penerbitan obligasi akan dipakai untuk modal kerja dan ekspansi bisnis," kata Henrianto.
Rencananya, surat utang yang akan diterbitkan tersebut memiliki tingkat bunga sebesar 6,5%-12,5% dengan jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkan.
Transaksi ini merupakan transaksi material karena nilai transaksi lebih dari 50% dari ekuitas perusahaan sehingga memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari pemegang saham.
Adapun penjamin surat utang ini adalah 10 anak usaha perseroan yakni PT Berlian Dumai Logistik, PT Citrine Maritime, PT Diamond Maritime, PT Emerald Maritime, PT Gemilang Bina Lintas Tirta, PT Nusa Bhakti Jayaraya, PT Pearl Maritime, PT Ruby Maritime, PT Sapphire Maritime dan PT Topaz Maritime.
(hps) Next Article Pandemi, Bisnis Kapal Tanker Andalkan Kontrak Angkut
Most Popular