
Di Kurs Tengah BI dan Spot, Dolar Kompak di Bawah Rp 14.200!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 April 2019 10:38

Dolar AS sepertinya sudah mengakhiri jam istirahatnya. Pada pukul 10:16 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah tidak melemah lagi. Stagnan di 97,093.
Maklum, dolar AS sudah terkoreksi selama masa rehat. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah minus 0,11%. Ini membuat dolar AS sudah murah sehingga menarik di mata investor.
Selain itu, investor sedang memburu dolar AS sebagai persiapan untuk ikut lelang obligasi pemerintah. Pada 4 April waktu setempat, Washington akan melelang 2 seri surat utang tenor 2 bulan dan 4 bulan. Target indikatif dalam lelang tersebut adalah US$ 85 miliar.
Namun rupiah masih mampu bertahan di zona hijau, salah satunya karena penurunan harga minyak dunia. Pada pukul 10:23 WIB, harga minyak jensi brent dan light sweet masing-masing turun 0,1% dan 0,21%.
Penyebabnya adalah kenaikan stok minyak di AS. US Energy Information Administration melaporkan stok minyak Negeri Adidaya pada pekan lalu naik 7,2 juta barel. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 425.000 barel. Persepsi melimpahnya pasokan membuat harga minyak bergerak ke selatan alias turun.
Bagi Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang mau tidak mau harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum mencukupi.
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah pun punya ruang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Maklum, dolar AS sudah terkoreksi selama masa rehat. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah minus 0,11%. Ini membuat dolar AS sudah murah sehingga menarik di mata investor.
Namun rupiah masih mampu bertahan di zona hijau, salah satunya karena penurunan harga minyak dunia. Pada pukul 10:23 WIB, harga minyak jensi brent dan light sweet masing-masing turun 0,1% dan 0,21%.
Penyebabnya adalah kenaikan stok minyak di AS. US Energy Information Administration melaporkan stok minyak Negeri Adidaya pada pekan lalu naik 7,2 juta barel. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 425.000 barel. Persepsi melimpahnya pasokan membuat harga minyak bergerak ke selatan alias turun.
Bagi Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Sebab, Indonesia adalah negara net importir minyak yang mau tidak mau harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum mencukupi.
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah pun punya ruang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular