
Manufaktur China Tumbuh, Harga Emas Terkulai Lemah
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
02 April 2019 09:49

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas berjangka dunia terus melemah menyusul kabar positif dari China berupa data Purchasing Manager Index (PMI) yang mengindikasikan adanya pertumbuhan di sektor manufaktur Negeri Tirai Bambu.
Harga logam mulia tersebut di bursa berjangka komoditas Comex di Amerika Serikat (AS) melemah 0,07% ke level US$1.293,3 per troy ounce pada Selasa (2/4/2019) pagi ini. Sepanjang tahun berjalan harga kontrak emas berjangka ini terhitung melemah sebesar 0,32%.
Data indikator manufaktur PMI di China menunjukkan penguatan pada Maret dibandingkan dengan Februari, dengan berada di level 55,3. Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar di kisaran 54,5 dan juga capaian Februari pada 54,2.
Menurut Tradingeconomics, PMI China kali ini menunjukkan adanya kenaikan lebih pesat di lini pemesanan baru, produksi, dan karyawan. Sebanyak 16 dari 18 industri manufaktur di China menunjukkan adanya pertumbuhan.
Otomatis, ini menjadi kabar positif yang sedikit mengusir awan kekhawatiran seputar perlambatan di negeri itu, dan membuat aset lindung nilai (hedge) menjadi kurang menarik lagi.
Dengan menurunnya kekhawatiran global berkat data positif dari China tersebut, para investor kembali global berselera untuk berinvestasi di aset-aset berisiko seperti saham, dan cenderung meninggalkan instrumen safe haven (instrumen investasi minim risiko) seperti emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Harga logam mulia tersebut di bursa berjangka komoditas Comex di Amerika Serikat (AS) melemah 0,07% ke level US$1.293,3 per troy ounce pada Selasa (2/4/2019) pagi ini. Sepanjang tahun berjalan harga kontrak emas berjangka ini terhitung melemah sebesar 0,32%.
Menurut Tradingeconomics, PMI China kali ini menunjukkan adanya kenaikan lebih pesat di lini pemesanan baru, produksi, dan karyawan. Sebanyak 16 dari 18 industri manufaktur di China menunjukkan adanya pertumbuhan.
Otomatis, ini menjadi kabar positif yang sedikit mengusir awan kekhawatiran seputar perlambatan di negeri itu, dan membuat aset lindung nilai (hedge) menjadi kurang menarik lagi.
Dengan menurunnya kekhawatiran global berkat data positif dari China tersebut, para investor kembali global berselera untuk berinvestasi di aset-aset berisiko seperti saham, dan cenderung meninggalkan instrumen safe haven (instrumen investasi minim risiko) seperti emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular