
Ditopang Sentimen Ekspor Malaysia, Harga CPO Menguat
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 April 2019 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sedikit menguat pada perdagangan pagi ini merespons kabar naiknya ekspor dari Malaysia.
Harga CPO di bursa berjangka Malaysia tercatat naik 0,09% atau RM 2/ton ke level RM 2.108/ton pada perdagangan Senin (1/4/2019). Sepanjang pekan terakhir Maret lalu, harga CPO tertekan 3,5% dari level RM 2.167/ton.
Kenaikan tipis itu terjadi mengikuti kabar baru dari Amsec Agri yang melaporkan kenaikan pengiriman CPO dari Negeri Jiran tersebut sebesar 22,9% secara bulanan sepanjang Maret, menjadi 1,54 juta ton. Kenaikan ekspor ini diharapkan membantu mengurangi penumpukan inventori di negeri tersebut.
Harga komoditas andalan Indonesia ini telah tertekan 10% dari level tertingginya tahun ini yang sempat diraih pada Januari lalu. Koreksi terjadi menyusul berbagai hambatan yang diterapkan oleh negara konsumen utama CPO seperti India dan Uni Eropa.
India selama setahun ini telah menaikkan bea impor atas sawit Indonesia dan China, sedangkan Uni Eropa mengecualikan sawit dari bahan bakar nabati ramah lingkungan.
Di sisi lain, China sebagai produsen terbesar sawit juga berpeluang mencatatkan penurunan permintaan CPO karena menghadapi problem perlambatan pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Harga CPO di bursa berjangka Malaysia tercatat naik 0,09% atau RM 2/ton ke level RM 2.108/ton pada perdagangan Senin (1/4/2019). Sepanjang pekan terakhir Maret lalu, harga CPO tertekan 3,5% dari level RM 2.167/ton.
Kenaikan tipis itu terjadi mengikuti kabar baru dari Amsec Agri yang melaporkan kenaikan pengiriman CPO dari Negeri Jiran tersebut sebesar 22,9% secara bulanan sepanjang Maret, menjadi 1,54 juta ton. Kenaikan ekspor ini diharapkan membantu mengurangi penumpukan inventori di negeri tersebut.
Harga komoditas andalan Indonesia ini telah tertekan 10% dari level tertingginya tahun ini yang sempat diraih pada Januari lalu. Koreksi terjadi menyusul berbagai hambatan yang diterapkan oleh negara konsumen utama CPO seperti India dan Uni Eropa.
India selama setahun ini telah menaikkan bea impor atas sawit Indonesia dan China, sedangkan Uni Eropa mengecualikan sawit dari bahan bakar nabati ramah lingkungan.
Di sisi lain, China sebagai produsen terbesar sawit juga berpeluang mencatatkan penurunan permintaan CPO karena menghadapi problem perlambatan pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular