Euro Bangkit Dari Level Terendah 3 Pekan Lalu

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 April 2019 12:13
Performa buruk mata uang euro minggu lalu membuat mata uang blok 19 negara tersebut anjlok ke level terendah tiga pekan di hari Jumat (29/3/19).
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa buruk mata uang euro minggu lalu membuat mata uang blok 19 negara tersebut anjlok ke level terendah tiga pekan di hari Jumat (29/3/19). Tercatat di pekan terakhir Maret itu, euro hanya menguat satu kali di hari Senin (25/3/19), selebihnya euro takluk di hadapan dolar.

Memasuki bulan baru, euro mencoba peruntungannya kembali. Pada perdagangan Senin (1/4/19) euro dibuka gap up terhadap dolar AS. Tentu saja hal tersebut menjadi start yang bagus.

Gap up  adalah kondisi dimana terjadi perbedaan level pembukaan perdagangan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Mengutip MetaTrader 5, euro pada perdagangan Jumat lalu mengakhiri perdagangan di level US$ 1,1216 dan pada hari ini dibuka lebih kuat yakni di level US$ 1,1225.

Pada pukul 11:27 WIB, kondisi euro lebih kuat lagi, yakni di kisaran US$ 1,1232.

Kondisi pasar modal yang kondusif di awal perdagangan April ini juga berdampak positif bagi kurs euro. Kabar baik dari China yang melaporkan ekspansi aktivitas manufaktur untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir menjadi penopang menghijaunya dunia pasar modal.

China merupakan mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa setelah Amerika Serikat. Di tengah pelambatan ekonomi secara global, kabar ekspansi manufaktur China menjadi sinar terang untuk kebangkitan ekonomi.

China juga merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS, adanya ekspansi manufaktur tentunya akan meningkatkan permintaan impor dari China yang akan memacu roda perekonomian global.

Mengutip Forex Factory, data aktivitas manufaktur China di bulan Maret dilaporkan sebesar 50,5 naik dari bulan sebelumnya sebesar 49,2 dan lebih tinggi dari prediksi sebesar 49,6.

Data tersebut merupakan hasil survei terhadap 3.000 purchasing manager sehingga sering disebut purchasing managers index (PMI). Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambat batas. Angka indeks di atas 50 berarti ekspansi atau pertumbuhan aktivitas manufaktur, sementara di bawah 50 berarti kontraksi atau penurunan aktivitas.

Sebelum bulan Maret, dalam tiga bulan beruntun data ini dirilis di bawah 50 atau berkontraksi pada bulan Desember 2018, serta Januari dan Februari tahun ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular