Bulan Baru, Pekan Baru, Semangat Baru Buat Rupiah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 April 2019 08:33
<i>Yield</i> Obligasi dan Damai Dagang Angkat Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Pekan lalu, dolar AS tidak tertandingi dengan Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat sampai 0,65%. Pagi ini pukul 08:14 WIB, Dollar Index melemah 0,07%. 

Penguatan dolar AS yang sudah cukup tajam membuat mata uang Negeri Paman Sam rentan terserang koreksi teknikal. Investor yang sudah mendapat untung lumayan banyak tentu akan tergoda untuk mencairkan sehingga dolar AS rawan tekanan jual. 

Selain itu, ada beberapa hal yang membuat investor tidak lagi memilih bermain aman dan berani mengambil risiko. Pertama, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun sudah tidak lagi mengalami inversi alias tenor pendek lebih tinggi ketimbang tenor panjang. 

Pada pukul 08:18 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan ada di 2,4014% sementara 10 tahun sebesar 2,4369%. Yield tenor panjang sudah lebih tinggi, situasi kembali normal. 

Sebagai informasi, inversi yield 3 bulan dengan 10 tahun menjadi indikator yang sangat dipantau pasar. Pasalnya, inversi di dua seri tersebut menjadi gejala awal terjadinya resesi. 

Baca: Inversi Yield: Tanda Resesi & Penyebab Ambruknya Wall Street

Kini dengan kondisi yang sudah normal, pelaku pasar bisa kembali tenang. Memang tidak ada jaminan inversi tidak akan terulang lagi, tetapi setidaknya untuk saat ini investor boleh menghembuskan nafas lega. 

Kedua, pelaku pasar juga menantikan dialog dagang AS-China yang dihelat di Washington mulai 3 April waktu setempat. Setelah pekan lalu Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer datang ke Beijing, kini giliran delegasi China yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He untuk mendatangi ibukota Negeri Adaya. 

Rombongan dari Beijing akan datang ke AS dengan membawa 'oleh-oleh' yaitu penundaan kenaikan bea masuk bagi produk otomotif dan suku cadang made in the USA yang semestinya berlaku pada 2 April. Sejatinya tarif produk tersebut akan naik dari 10% menjadi 25%, tetapi diputuskan ditunda. 

"Langkah ini bertujuan untuk melanjutkan atmosfer positif dari perundingan kedua negara. Ini merupakan langkah konkret China untuk mendorong negosiasi perdagangan bilateral. Kami berharap AS bisa bekerja sama dengan China untuk mempercepat proses negosiasi dan mencapai tujuan menghapus ketegangan dagang," papar keterangan tertulis dari kantor Dewan Negara China, seperti dikutip dari Reuters. 


Jika muncul lagi kabar terbaru yang positif seputar relasi AS-China, maka akan membuat pelaku pasar semakin bergairah mencari cuan. Aset-aset berisiko di negara berkembang akan kembali menjadi incaran, dan ini tentu menjadi berkah rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular