Selain Resesi AS, Apa Lagi yang Bikin Rupiah Lemah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 March 2019 09:31
Selain Resesi AS, Apa Lagi yang Bikin Rupiah Lemah?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini melemah di perdagangan pasar spot. Kenaikan harga minyak menambah beban rupiah. 

Pada Jumat (29/3/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.240. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah bertambah dalam. Pada pukul 09:16 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.245 di mana rupiah melemah 0,06%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat tipis 0,01%. Namun beberapa saat kemudian rupiah langsung terpeleset ke zona merah. 


Apa mau dikata, rupiah terseret arus pelemahan mata uang Asia. Selain rupiah, mata uang Benua Kuning yang juga terdepresiasi di hadapan dolar AS adalah rupee India, yen Jepang, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:16 WIB: 



Dolar AS masih terlalu tangguh bagi mata uang Asia, termasuk rupiah. Sebab pada pukul 09:18 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,02%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat dengan penguatan mencapai 1,11%. 

Penguatan dolar AS disebabkan oleh masih adanya kekhawatiran mengenai risiko resesi di AS. Maklum, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun masih mengalami inversi, yield tenor pendek tinggi dibandingkan tenor panjang. 

Pada pukul 09:19 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan ada di 2,4326%. Sedangkan yang 10 tahun adalah 2,4017%. 

Dalam 50 tahun terakhir, terjadinya resesi di Negeri Paman Sam selalu diawali oleh inversi yield di dua tenor tersebut. Oleh karena itu, pelaku pasar belum bisa sepenuhnya move on dari sentimen ancaman resesi sehingga tetap menjadikan dolar AS sebagai salah satu tujuan utama. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Masalah bagi rupiah bertambah karena harga minyak bangkit setelah anjlok tadi malam karena cuitan Presiden AS Donald Trump. Pada pukul 09:22 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing naik 0,44% dan 0,49%. 

Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalamn negeri karena produksi yang belum memadai. 

Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh. 

Belum lagi ada sentimen dalam negeri yaitu tingginya kebutuhan valas korporasi jelang akhir kuartal I. Biasanya setiap akhir kuartal kebutuhan valas memang meningkat karena korporasi punya kewajiban membayar dividen atau pokok/bunga utang.  

Demi mendapatkan valas, rupiah pun dilepas. Aksi pelepasan rupiah ini tentu membuat nilainya melemah.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular