
Pagi Berganti Sore, Rupiah Konsisten Terlemah di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 March 2019 17:02

China terlihat begitu ngebet untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Pada hari ini hingga besok (28-29 Maret), AS dan China menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Negosiasi dagang kedua negara kemudian akan dilanjutkan pada awal bulan April di Washington.
Dalam negosiasi dagang teranyar dengan AS tersebut, pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan yang mereka tawarkan sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dikutip dari Reuters.
“Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan – baik dalam cakupan maupun detilnya,” papar pejabat tersebut kepada Reuters.
Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa para negosiator telah membuat kemajuan terkait dengan penulisan kesepakatan dagang kedua negara.
“Jika Anda melihat (draf) kesepakatan tertulis sebulan yang lalu dibandingkan dengan saat ini, kami telah menciptakan kemajuan di semua bidang.”
Seperti yang diketahui, pemaksaan transfer teknologi memang merupakan salah satu penyebab meletusnya perang dagang kedua negara. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap bahwa praktek pemaksaan transfer teknologi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan AS yang berinvestasi di China telah sangat merugikan mereka dan perekonomian AS secara keseluruhan.
Wajar jika kini China begitu ngebet untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Pasalnya, perekonomian China terlihat sudah begitu tersakiti lantaran produk ekspornya senilai US$ 250 miliar dikenakan bea masuk yang begitu tinggi oleh AS.
Perang dagang dengan AS bahkan telah memaksa pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian AS dan China bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Karena itu, pelaku pasar tak terpaku untuk memeluk dolar AS selaku safe haven pada perdagangan hari ini. (ank/hps)
Dalam negosiasi dagang teranyar dengan AS tersebut, pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan yang mereka tawarkan sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dikutip dari Reuters.
“Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan – baik dalam cakupan maupun detilnya,” papar pejabat tersebut kepada Reuters.
“Jika Anda melihat (draf) kesepakatan tertulis sebulan yang lalu dibandingkan dengan saat ini, kami telah menciptakan kemajuan di semua bidang.”
Seperti yang diketahui, pemaksaan transfer teknologi memang merupakan salah satu penyebab meletusnya perang dagang kedua negara. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap bahwa praktek pemaksaan transfer teknologi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan AS yang berinvestasi di China telah sangat merugikan mereka dan perekonomian AS secara keseluruhan.
Wajar jika kini China begitu ngebet untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Pasalnya, perekonomian China terlihat sudah begitu tersakiti lantaran produk ekspornya senilai US$ 250 miliar dikenakan bea masuk yang begitu tinggi oleh AS.
Perang dagang dengan AS bahkan telah memaksa pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian AS dan China bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Karena itu, pelaku pasar tak terpaku untuk memeluk dolar AS selaku safe haven pada perdagangan hari ini. (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular