
Investor Asing Mulai Jualan, IHSG Segera ke Zona Merah?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 March 2019 11:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu setengah jam perdagangan berjalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai goyah. Dibuka menguat 0,24%, apresiasi IHSG sudah menipis menjadi 0,13% pada pukul 10:30 WIB ke level 6.452,82.
Aksi jual yang dilakukan investor asing membuat IHSG mulai goyah. Jika pada pagi hari investor asing masih membukukan beli bersih, menjelang siang hari investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 22,6 miliar, melanjutkan jual bersih yang sudah dibukukan pada perdagangan kemarin (27/3/2019) senilai Rp 424,7 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Paninvest Tbk/PNIN (Rp 34 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,1 miliar), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 10,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 8,8 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,8 miliar).
Pelemahan rupiah melandasi aksi jual yang dilakukan investor asing. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah hingga 0,39% di pasar spot ke level Rp 14.245/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan regional.
Kala rupiah melemah secara signifikan seperti saat ini, investor asing tentu berpotensi menanggung kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi tak terhindarkan.
Keyakinan pelaku pasar yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi membuat dolar AS selaku safe haven menjadi primadona.
Ekspektasi yang kian besar bahwa Negeri Paman Sam akan mengalami resesi dapat dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan yang semakin meninggalkan tenor 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, yield tenor 3 bulan berada di level 2,4405%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,3542%; ada selisih sebesar 8,6 bps.
Fenomena yang disebut sebagai inversi ini merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.
Untuk inversi tenor 3 bulan dan 10 tahun, hal ini pertama kali terjadi pada 22 Maret dengan nilai sebesar 0,7 bps.
Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.
Kala perekonomian AS mengalami resesi, tentu negara-negara Asia termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya. Akibatnya, mata uang negara-negara Asia (termasuk rupiah) mengalami tekanan jual seperti yang kita lihat saat ini.
Sejatinya, AS menjadi pihak yang paling dirugikan ketika resesi terjadi disana. Namun, mengingat kini resesi belum benar-benar terjadi, dolar AS selaku safe haven masih diburu oleh investor.
Jika kinerja rupiah tak membaik atau bahkan bertambah parah, besar kemungkinan nilai jual bersih investor asing akan semakin besar yang pada akhirnya bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona merah.
Perlu diingat, ruang bagi investor asing untuk terus melepas saham-saham di tanah air memang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 10,99 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,04% dalam periode tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Aksi jual yang dilakukan investor asing membuat IHSG mulai goyah. Jika pada pagi hari investor asing masih membukukan beli bersih, menjelang siang hari investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 22,6 miliar, melanjutkan jual bersih yang sudah dibukukan pada perdagangan kemarin (27/3/2019) senilai Rp 424,7 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Paninvest Tbk/PNIN (Rp 34 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,1 miliar), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 10,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 8,8 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,8 miliar).
Kala rupiah melemah secara signifikan seperti saat ini, investor asing tentu berpotensi menanggung kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi tak terhindarkan.
Keyakinan pelaku pasar yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi membuat dolar AS selaku safe haven menjadi primadona.
Ekspektasi yang kian besar bahwa Negeri Paman Sam akan mengalami resesi dapat dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan yang semakin meninggalkan tenor 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, yield tenor 3 bulan berada di level 2,4405%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,3542%; ada selisih sebesar 8,6 bps.
Fenomena yang disebut sebagai inversi ini merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.
Untuk inversi tenor 3 bulan dan 10 tahun, hal ini pertama kali terjadi pada 22 Maret dengan nilai sebesar 0,7 bps.
Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.
Kala perekonomian AS mengalami resesi, tentu negara-negara Asia termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya. Akibatnya, mata uang negara-negara Asia (termasuk rupiah) mengalami tekanan jual seperti yang kita lihat saat ini.
Sejatinya, AS menjadi pihak yang paling dirugikan ketika resesi terjadi disana. Namun, mengingat kini resesi belum benar-benar terjadi, dolar AS selaku safe haven masih diburu oleh investor.
Jika kinerja rupiah tak membaik atau bahkan bertambah parah, besar kemungkinan nilai jual bersih investor asing akan semakin besar yang pada akhirnya bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona merah.
Perlu diingat, ruang bagi investor asing untuk terus melepas saham-saham di tanah air memang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 10,99 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,04% dalam periode tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular