
Gegara Brexit, Damai Dagang Kurang Terasa di Bursa Saham Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 March 2019 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini. Indeks Shanghai naik 0,85%, indeks Hang Seng naik 0,56%, indeks Nikkei turun 0,23%, indeks Straits Times turun 0,06%, dan indeks Kospi turun 0,15%.
Kekhawatiran terkait dengan No-Deal Brexit membawa tekanan bagi bursa saham regional. Pada hari ini waktu setempat, parlemen Inggris akan menggelar pemungutan suara terkait opsi yang akan diambil setelah proses Brexit ternyata terbukti lebih sulit dari yang dibayangkan semua pihak. Pasca referendum Brexit digelar pada 2016 silam, hingga saat ini belum ada opsi yang jelas untuk membawa keluar Inggris dari Uni Eropa.
Sejauh ini, proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May sudah ditolak sebanyak 2 kali oleh parlemen.
Beberapa opsi yang mungkin diambil parlemen pada hari ini di antaranya: tidak ada Brexit sama sekali (No Brexit), referendum kedua, Inggris tetap berada di wilayah kepabeanan dan pasar tunggal Uni Eropa, meloloskan proposal Brexit yang diajukan May, hingga meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit).
Kalau sampai opsi No-Deal Brexit yang diambil, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.
Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya, yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka. Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.
Kekhawatiran terkait dengan terjadinya No-Deal Brexit membuat kehadiran damai dagang AS-China menjadi kurang terasa. Pada hari Kamis dan Jumat (28 & 29 Maret), AS dan China akan menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Pelaku pasar menaruh harapan yang besar bahwa negosiasi pada pekan ini akan menghasilkan kesepakatan dagang yang nantinya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Sebelumnya, pertemuan antara Trump dan Jinping direncanakan digelar pada akhir bulan Maret, sebelum kemudian dikabarkan diundur hingga akhir April. Lalu, pertemuan dua pimpinan negara dengan nilai perekonomian raksasa tersebut kembali dikabarkan diundur hingga Juni.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Data Ekonomi Hingga Brexit Bawa Bursa Saham Asia Melemah
Kekhawatiran terkait dengan No-Deal Brexit membawa tekanan bagi bursa saham regional. Pada hari ini waktu setempat, parlemen Inggris akan menggelar pemungutan suara terkait opsi yang akan diambil setelah proses Brexit ternyata terbukti lebih sulit dari yang dibayangkan semua pihak. Pasca referendum Brexit digelar pada 2016 silam, hingga saat ini belum ada opsi yang jelas untuk membawa keluar Inggris dari Uni Eropa.
Sejauh ini, proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May sudah ditolak sebanyak 2 kali oleh parlemen.
Kalau sampai opsi No-Deal Brexit yang diambil, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.
Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya, yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka. Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.
Kekhawatiran terkait dengan terjadinya No-Deal Brexit membuat kehadiran damai dagang AS-China menjadi kurang terasa. Pada hari Kamis dan Jumat (28 & 29 Maret), AS dan China akan menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Pelaku pasar menaruh harapan yang besar bahwa negosiasi pada pekan ini akan menghasilkan kesepakatan dagang yang nantinya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Sebelumnya, pertemuan antara Trump dan Jinping direncanakan digelar pada akhir bulan Maret, sebelum kemudian dikabarkan diundur hingga akhir April. Lalu, pertemuan dua pimpinan negara dengan nilai perekonomian raksasa tersebut kembali dikabarkan diundur hingga Juni.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Data Ekonomi Hingga Brexit Bawa Bursa Saham Asia Melemah
Most Popular