
Data Ekonomi Hingga Brexit Bawa Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 March 2019 09:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,35%, indeks Hang Seng turun 0,01%, indeks Straits Times turun 0,14%, dan indeks Kospi turun 0,07%.
Data ekonomi yang melempem memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (26/3/2019), ekspor Hong Kong periode Februari 2019 diumumkan jatuh hingga 6,9% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi sebesar 0,4% pada bulan Januari, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor jatuh sebesar 3,8%.
Lebih lanjut, ketidakpastian terkait dengan proses perceraian Inggris-Uni Eropa (Brexit) ikut memantik aksi jual. Hingga kini, parlemen Inggris masih terbelah, belum ada suara yang bulat untuk mengarah ke sebuah perjanjian perceraian dengan Uni Eropa.
Pada Rabu waktu setempat, parlemen akan melakukan pemungutan suara untuk menentukan langkah yang akan diambil terkait dengan Brexit. Beberapa opsi yang mencuat antara lain Inggris dan Uni Eropa akan berdiskusi kembali soal wilayah kepabeanan setelah resmi bercerai, Inggris tetap berada di wilayah kepabeanan tunggal Uni Eropa, atau menerapkan seperti Norwegia yaitu Inggris tetap berada di pasar tunggal Uni Eropa tetapi tidak masuk di wilayah kepabeanan.
Jika parlemen tak juga bisa mencapai kesepakatan, maka terdapat peluang Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit). Hal ini dipastikan akan memukul laju perekonomian Inggris dan Uni Eropa secara signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Data ekonomi yang melempem memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (26/3/2019), ekspor Hong Kong periode Februari 2019 diumumkan jatuh hingga 6,9% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi sebesar 0,4% pada bulan Januari, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor jatuh sebesar 3,8%.
Lebih lanjut, ketidakpastian terkait dengan proses perceraian Inggris-Uni Eropa (Brexit) ikut memantik aksi jual. Hingga kini, parlemen Inggris masih terbelah, belum ada suara yang bulat untuk mengarah ke sebuah perjanjian perceraian dengan Uni Eropa.
Jika parlemen tak juga bisa mencapai kesepakatan, maka terdapat peluang Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit). Hal ini dipastikan akan memukul laju perekonomian Inggris dan Uni Eropa secara signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Most Popular