Penjualan ADES Turun, Kok Laba Bisa Naik 39%?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
27 March 2019 17:41
PT Akasha Wira International Tbk (ADES) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 38,48%.
Foto: Akasha Wira International/ADES
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten penyedia air minum merek ADES, PT Akasha Wira International Tbk (ADES) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 38,48% pada tahun lalu menjadi Rp 52,96 miliar dari tahun sebelumnya Rp 38,24 miliar.

Perusahaan juga mampu membukukan kenaikan margin bersih menjadi 6,58% dari tahun 2017 yang hanya 4,7%.

Uniknya, kenaikan laba bersih tersebut dapat dicapai ADES meskipun penjualan perusahaan terkoreksi 1,25% menjadi Rp 804,3 miliar dari pencapaian tahun 2017 sebesar Rp 814,49 miliar.

Penjualan perusahaan turun tipis tahun lalu karena pendapatan dari lini produk kosmetik anjlok 6,47% year on year (YoY) menjadi Rp 308,74 miliar, sedangkan penjualan air minum tumbuh tipis 2,31% YoY menjadi Rp 495, 54 miliar.


Belum lagi, rasio beban pokok pendapatan tahun 2018 yang juga meningkat dari 46,11% pada 2017 menjadi 51,62% di tahun 2018. Rasio beban pokok pendapatan adalah proporsi beban pokok pendapatan terhadap total pendapatan.

Oke. Jika melihat kinerja top line (penjualan) yang lesu, tapi pencapaian laba bersih (bottom line) memuaskan, besar kemungkinan ada sokongan dari efisiensi pos pembiayaan dan tambahan pemasukan dari pos pendapatan lain.

Tahun 2018, ADES berhasil menekan pos beban penjualan, juga beban administrasi dan umum, di mana jumlah biaya yang dikeluarkan turun masing-masing 21,53% YoY dan 4,78% YoY.

Di lain pihak, perusahaan mampu mencatatkan pendapatan tambahan yang cukup besar dari bunga yang diperoleh lewat tabungan giro dan investasi pada deposito berjangka. Perolehan bunga tersebut dicatatkan pada pos pendapatan keuangan perusahaan.

Tahun lalu, pendapatan keuangan ADES meroket 523,36% YoY menjadi Rp 1,86 miliar dari sebelumnya hanya Rp 304 juta. Kenaikan pendapatan keuangan disokong oleh meningkatnya jumlah kas dan setara kas perusahaan yang tumbuh hingga 4 kali lipat dibanding tahun 2017, menjadi Rp 102,27 miliar.

Dari sisi neraca, total aset perusahaan tumbuh 4,88% YoY menjadi Rp 881,28 miliar. Kenaikan ini sepenuhnya didukung oleh pertambahan pencatatan pada kas dan setara kas ADES.

Jika kas dan setara kas perusahaan tidak tumbuh, mestinya total aset perusahaan justru berbalik menjadi negatif sebesar 9% YoY.

Bisa dibilang, kinerja ADES belum terlalu memuaskan, karena pertumbuhan laba bukan disokong oleh peningkatan penjualan, melainkan karena pendapatan bunga dan penurunan biaya bukan di pos beban utama.

Pelaku pasar juga sepertinya belum mengapresiasi kinerja ADES tahun lalu. Pasalnya pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (27/3/2019), harga saham ADES terkoreksi 2,76% menjadi Rp 1.055/unit, kendati year to date saham ADES naik 15%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Minat Borong Saham Rp 2.000-an yang Oke? Cek Dulu Daftarnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular