Musuh Utama IHSG Hari Ini: Endgame-nya Brexit

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 March 2019 15:15
Babak akhir dari drama perceraian Inggris dengan Uni Eropa membuat pasar saham Indonesia ditinggalkan investor.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jelas terlihat berada dalam tekanan. Dibuka menguat 0,16%, IHSG justru kemudian berbalik arah zona merah. Hingga berita ini diturunkan, IHSG melemah 0,15% ke level 6.460,47. Titik terendah IHSG pada hari ini berada di level 6.450,95.

Musuh utama bagi IHSG pada hari ini adalah endgame-nya Brexit. Ya, bukan hanya pertarungan para superhero buatan Marvel yang sedang memasuki babak akhir, namun juga drama perceraian Inggris dengan Uni Eropa.

Pada hari ini, parlemen Inggris akan menggelar pemungutan suara terkait opsi yang akan diambil setelah proses Brexit ternyata terbukti lebih sulit dari yang dibayangkan semua pihak. Pasca referendum Brexit digelar pada 2016 silam, hingga saat ini belum ada opsi yang jelas untuk membawa keluar Inggris dari Uni Eropa.

Sejauh ini, proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Theresa May sudah ditolak sebanyak 2 kali oleh parlemen.

Beberapa opsi yang mungkin diambil parlemen pada hari ini di antaranya: tidak ada Brexit sama sekali (No Brexit), referendum kedua, Inggris tetap berada di wilayah kepabeanan dan pasar tunggal Uni Eropa, meloloskan proposal Brexit yang diajukan May, hingga meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit).

Kalau sampai opsi No-Deal Brexit yang diambil, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.

Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka. Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.

Parahnya dampak dari No-Deal Brexit sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh Bank of England (BoE) selaku bank sentral Inggris. BoE telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Seiring dengan risiko besar yang menghantui perekonomian Inggris, dolar AS selaku safe haven menjadi primadona. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS menguat sebesar 0,17%.

Rupiah pun tak bisa lolos dari 'maut'. Mata uang Garuda melemah hingga 0,32% di pasar spot ke level Rp 14.210/dolar AS. Rupiah berada di level terlemahnya sejak 19 Maret lalu.

Pelemahan rupiah pada akhirnya memaksa investor di pasar saham tanah air untuk melakukan aksi jual, mendorong IHSG ke zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular