
Brexit Diperkirakan tak Akan Mampu Guncang Poundsterling
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 March 2019 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi politik yang sedang panas di Inggris membuat mata uang poundsterling Inggris bergerak penuh gejolak sejak awal pekan ini. Pada Selasa (26/3/17) kemarin, pergerakan tersebut terlihat jelas di mana poundsterling terus bergerak naik turun tak tentu arah terhadap dolar AS.
Jelang dibukanya perdagangan sesi Eropa hari ini Rabu (27/3/19) poundsterling kembali melemah, diperdagangkan di kisaran US$ 1,3183 pada pukul 13:02 WIB.
Meski sedang tertekan akibat masalah politik dan Brexit, namun analis mata uang dari Canadian Imperial Bank of Commerce (CIBC) memprediksi poundsterling akan menguat. Di kuartal kedua tahun ini, mata uang negeri Ratu Elizabeth tersebut diperkirakan akan berada di kisaran US$ 1,34.
Mengutip dari fxstreet.com, menurut analis tersebut, meski Brexit masih penuh dengan ketidakpastian namun secara year-to-date poundsterling masih menjadi mata uang negara-negara G10 dengan kinerja terbaik terhadap dolar AS.
Melihat data ekonomi makro tingkat pengangguran Inggris diperkirakan masih akan di bawah 4% atau terendah sejak 1975, dan rata-rata upah menunjukkan peningkatan terbesar sejak tahun 2008. Data-data ini dikatakan bisa meng-counter penurunan investasi bisnis di Inggris.
Untuk saat ini, risiko Brexit terhadap perekonomian juga mampu dibatasi oleh beberapa data ekonomi yang lebih bagus dari perkiraan di kuartal-I, termasuk data aktivitas bisnis bulan Februari yang yang mencapai level tertinggi empat bulan.
Parlemen Inggris saat ini telah mengambil alih proses legislasi Brexit, dan rencananya akan melakukan revisi proposal pada hari Rabu waktu setempat.
Analis CIBC itu mengatakan pelaku pasar semestinya optimistis jika Parlemen Inggris akan lebih mengarahkan ke soft Brexit bukan hard Brexit.
Pada akhirnya kejelasan ke mana arah Brexit diprediksi akan menguatkan nilai tukar poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Poundsterling Masih Takluk di Hadapan Yen, Sampai Kapan?
Jelang dibukanya perdagangan sesi Eropa hari ini Rabu (27/3/19) poundsterling kembali melemah, diperdagangkan di kisaran US$ 1,3183 pada pukul 13:02 WIB.
Meski sedang tertekan akibat masalah politik dan Brexit, namun analis mata uang dari Canadian Imperial Bank of Commerce (CIBC) memprediksi poundsterling akan menguat. Di kuartal kedua tahun ini, mata uang negeri Ratu Elizabeth tersebut diperkirakan akan berada di kisaran US$ 1,34.
Melihat data ekonomi makro tingkat pengangguran Inggris diperkirakan masih akan di bawah 4% atau terendah sejak 1975, dan rata-rata upah menunjukkan peningkatan terbesar sejak tahun 2008. Data-data ini dikatakan bisa meng-counter penurunan investasi bisnis di Inggris.
Untuk saat ini, risiko Brexit terhadap perekonomian juga mampu dibatasi oleh beberapa data ekonomi yang lebih bagus dari perkiraan di kuartal-I, termasuk data aktivitas bisnis bulan Februari yang yang mencapai level tertinggi empat bulan.
Parlemen Inggris saat ini telah mengambil alih proses legislasi Brexit, dan rencananya akan melakukan revisi proposal pada hari Rabu waktu setempat.
Analis CIBC itu mengatakan pelaku pasar semestinya optimistis jika Parlemen Inggris akan lebih mengarahkan ke soft Brexit bukan hard Brexit.
Pada akhirnya kejelasan ke mana arah Brexit diprediksi akan menguatkan nilai tukar poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Poundsterling Masih Takluk di Hadapan Yen, Sampai Kapan?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular