Jual Aset, Rugi Bersih & Utang BRMS Berkurang

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 March 2019 14:24
Dalam rilis laporan keuangan tahun 2018, PT Bumi Resources Minerals (BRMS) mencatatkan perbaikan kondisi keuangan perusahaan dibanding tahun sebelumnya.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelan-pelan PT Bumi Resources Minerals (BRMS) mencoba mengurangi rugi bersih yang dialami perseroan tahun sebelum lalu.
Meskipun masih terus merugi, setidaknya perusahaan berhasil membuat nilainya tidak separah tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, BRMS mencatatkan rugi bersih senilai US$ 103,5 juta, turun dari rugi bersih tahun 2017 yang mencapai US$ 232,99.
Hal ini terjadi lantaran terjadi penurunan beban pokok penjualan, dari US$ 9,9 juta pada tahun 2017 menjadi US$ 6 juta di tahun 2018.
Total penjualan dan pendapatan usaha sepanjang tahun 2018 juga tercatat hanya sebesar US$ 1,18 juta. Angka tersebut turun 78,4% dibanding 2017 sebesar US$ 5 juta.
Artinya pada 2018 kemarin perusahaan cenderung melakukan efisiensi kegiatan usahanya.


Akan tetapi, jumlah kas dan setara kas (cash & equivalents), naik menjadi US$ 8,2 juta, dari US$ 5,2 juta pada tahun 2018. Artinya menigkat US$ 3 juta.
Biaya bunga dan denda-denda (interest & finance charges) juga berhasil dikurangi menjadi hanya tinggal US$ 44,7 ribu dari yang sebesar US$ 9,5 juta di tahun 2017. Artinya sudah berkurang 99%.
BRMS juga sukses memangkas utang pada pihak ke tiga hingga 59,23% menjadi tinggal US$ 86,4 juta dari yang semula US$ 212 juta di tahun 2017.
Rinciannya, utang jangka panjang berkurang sebesar 99,85% menjadi US$ 114,9 ribu, sedangkan utang jangka pendek tetap alias tidak berkurang dari posisi US$ 53,9 juta. Adapun pembayaran lain ke pihak ketiga berkurang 44,5% menjadi tinggal US$ 32,31 juta.
Alhasil , rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) berhasil ditekan menjadi tinggal 0,17x dari 0,38x pada 2017.



Tampaknya peningkatan kas dan pembayaran utang yang dapat dilakukan BRMS bisa terjadi lantaran sukses menjual 51% saham PT Dairi Prima Mineral (DPM) kepada NCF China dengan nilai sebesar US$ 198 juta pada November 2018.
Seperti yang diketahui, DPM merupakan perusahaan tambang seng (zinc) yang berlokasi di Sumatera Utara. Sudah tentu dengan adanya penjualan tersebut, BRMS kebanjiran dana segar.

Selain perbaikan kondisi keuangan, PT Gorontalo Minerals (GM) yang merupakan anak perusahaan BRMS juga berhasil mendapatkan ijin produksi (production permit) selama 30 tahun untuk proyek penambangan tembaga dan emas.
Menurut Direktur Operasi BRMS, Suseno Kramadibrata GM dan DPM dijadwalkan untuk mulai melakukan produksi seng dan tembaga masing-masing pada tahun 2021 dan 2022.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Grup Bakrie Tinggal Hitung Hari untuk Menambang Emas di Palu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular