
Santai Dulu, Rupiah!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2019 08:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun penguatan rupiah langsung habis beberapa saat kemudian.
Pada Jumat (22/3/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun penguatan yang tipis itu langsung habis. Pada pukul 08:17 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.150 di mana rupiah melemah 0,11%.
Rupiah memang sudah menguat tajam belakangan ini. Mata uang Tanah Air selalu menguat dalam 5 hari terakhir. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 0,89%.
Oleh karena itu, wajar apabila hari ini rupiah agak melepas pedal gas atau bahkan sedikit mengerem. Sebab dalam 5 hari terakhir rupiah sudah melaju lumayan kencang. Santai dulu, rupiah!
Di Asia, dolar AS memang cenderung menguat. Selain rupiah, mata uang Benua Kuning yang melemah di hadapan greenback adalah yuan China, won Korea Selatan, rupee India, peso Filipina, dolar Singapura, dan dolar Taiwan. Rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia, hanya lebih baik ketimbang won.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS yang kemarin tertekan di Asia kini mulai berani melawan balik. Kemarin, dolar AS habis di-bully karena keputusan rapat The Federal Reserve/The Fed yang menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Jerome 'Jay' Powell dan sejawat juga memperkirakan tidak ada kenaikan Federal Funds Rate hingga akhir 2019.
Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah sampai 0,6% pada perdagangan kemarin. Namun melihat dolar AS yang sudah murah, investor pun tergoda untuk membelinya. Jadilah dolar AS mengalami technical rebound.
Sementara nasib rupiah berkebalikan dengan dolar AS. Rupiah yang sudah menguat cukup tajam membuat investor terpancing untuk mencairkan keuntungan. Rupiah mengalami techinal correction.
Selain itu, investor juga cenderung menahan diri karena ingin memantau perkembangan dari Inggris. Dini hari tadi waktu Indonesia, Uni Eropa sepakat untuk memberi perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit. Sedianya perpisahan Inggris dengan Uni Eropa akan terjadi pada 29 Maret atau kurang dari 2 minggu lagi.
Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa, mengungkapkan bahwa 27 negara Uni Eropa sepakat untuk mengabulkan permintaan Inggris yang meminta perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit. Melalui cuitan di Twitter, Tusk menyebut bahwa 27 negara Uni Eropa secara aklamasi menyetujui perpanjangan waktu sampai 22 Mei, jika proposal Brexit disetujui oleh parlemen Inggris pekan depan. Jika tidak ada persetujuan dari parlemen pekan depan, extra time hanya berlaku sampai 12 April.
Jadi kalau sampai tidak ada restu dari parlemen pada pekan depan, maka Inggris punya waktu sebulan untuk bersiap menghadapi mimpi buruk yaitu keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No-Deal Brexit. Bahkan dalam cuitannya, Tusk menuliskan Uni Eropa akan melanjutkan persiapan seandainya No-Deal Brexit terjadi.
Oleh karena itu, investor sepertinya memilih untuk wait and see sembari memantau perkembangan dari Negeri John Bull. Ini tentu menambah berat beban rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (22/3/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun penguatan yang tipis itu langsung habis. Pada pukul 08:17 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.150 di mana rupiah melemah 0,11%.
Rupiah memang sudah menguat tajam belakangan ini. Mata uang Tanah Air selalu menguat dalam 5 hari terakhir. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 0,89%.
Di Asia, dolar AS memang cenderung menguat. Selain rupiah, mata uang Benua Kuning yang melemah di hadapan greenback adalah yuan China, won Korea Selatan, rupee India, peso Filipina, dolar Singapura, dan dolar Taiwan. Rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia, hanya lebih baik ketimbang won.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:18 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS yang kemarin tertekan di Asia kini mulai berani melawan balik. Kemarin, dolar AS habis di-bully karena keputusan rapat The Federal Reserve/The Fed yang menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Jerome 'Jay' Powell dan sejawat juga memperkirakan tidak ada kenaikan Federal Funds Rate hingga akhir 2019.
Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah sampai 0,6% pada perdagangan kemarin. Namun melihat dolar AS yang sudah murah, investor pun tergoda untuk membelinya. Jadilah dolar AS mengalami technical rebound.
Sementara nasib rupiah berkebalikan dengan dolar AS. Rupiah yang sudah menguat cukup tajam membuat investor terpancing untuk mencairkan keuntungan. Rupiah mengalami techinal correction.
Selain itu, investor juga cenderung menahan diri karena ingin memantau perkembangan dari Inggris. Dini hari tadi waktu Indonesia, Uni Eropa sepakat untuk memberi perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit. Sedianya perpisahan Inggris dengan Uni Eropa akan terjadi pada 29 Maret atau kurang dari 2 minggu lagi.
Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa, mengungkapkan bahwa 27 negara Uni Eropa sepakat untuk mengabulkan permintaan Inggris yang meminta perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit. Melalui cuitan di Twitter, Tusk menyebut bahwa 27 negara Uni Eropa secara aklamasi menyetujui perpanjangan waktu sampai 22 Mei, jika proposal Brexit disetujui oleh parlemen Inggris pekan depan. Jika tidak ada persetujuan dari parlemen pekan depan, extra time hanya berlaku sampai 12 April.
Jadi kalau sampai tidak ada restu dari parlemen pada pekan depan, maka Inggris punya waktu sebulan untuk bersiap menghadapi mimpi buruk yaitu keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No-Deal Brexit. Bahkan dalam cuitannya, Tusk menuliskan Uni Eropa akan melanjutkan persiapan seandainya No-Deal Brexit terjadi.
Oleh karena itu, investor sepertinya memilih untuk wait and see sembari memantau perkembangan dari Negeri John Bull. Ini tentu menambah berat beban rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular