
Meski Menguat Tipis, China Masih Tekan Harga Batu Bara
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 March 2019 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak Maret pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (20/3/2019) naik tipis sebesar 0,1% ke posisi US$ 93,55/metrik ton, setelah melemah 0,4% pada perdagangan Selasa (19/3/2019).
Selama sepekan, harga batu bara turun sebesar 1,01% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harganya juga tercatat melemah 8,33%.
Meskipun menguat secara terbatas, namun sejatinya harga batu bara masih mendapat tekanan dari China.
Setelah sebelumnya sempat ditutup selama sekitar satu bulan, beberapa tambang batu bara domestik di China telah beroperasi kembali. Sehingga dalam waktu dekat akan ada tambahan pasokan di Negeri Tirai Bambu.
Mengingat China merupakan konsumen batu bara utama di dunia, maka akan berdampak cukup signifikan terhadap keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global.
Selain itu, S&P Global Platts melaporkan bahwa jumlah pelabuhan di China yang memperpanjang waktu pemeriksaan (custom clearing) untuk batu bara impor asal Australia meningkat.
Berdasarkan keterangan dari beberapa pelaku industri, beberapa pelabuhan baru yang diketahui menjalankan aksi tersebut adalah pelabuhan Fuzhoudi provinsi Fujian, pelabuhan Rizhao di Qindao, dan Yingkou di Dalian.
Ini menjadi suatu bukti bahwa pembatasan impor batu bara asal Australia masih tetap diperketat di Negeri Tirai Bambu. Bahkan aturan tersebut diprediksi masih akan terus berlanjut hingga bulan Mei.
Kondisi ini akan membuat importir batu bara asal China akan cenderung mencari alternatif dari batu bara Australia. Jelas saja, importir akan enggan membeli suatu produk yang berisiko tinggi.
Pada akhir Februari, diketahui bahwa pemerintah China memberlakukan pengetatan pemeriksaan barang masuk di beberapa pelabuhan utara Dalian, seperti Bayu Quan, Panjin, Dandong, dan Beiliang, mengutip Platts.
Bahkan pada tanggal 5 Maret, Platts melaporkan bahwa pelabuhan Fangcheng di provinsi Guanxi mengimplementasikan prosedur yang lebih ketat bagi batu bara Australia.
"Pelabuhan yang berbeda bisa memberlakukan prosedur yang berbeda," berdasarkan eksekutif perusahaan pengiriman yang berbasis di Singapura, seperti yang dikutip dari Platts.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah China mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kualitas dari batu bara impor.
"Jawaban saya masih sama dengan yang sebelumnya. Sejalan dengan aturan yang berlaku, Bea Cukai China memberlakukan pengawasan dan analisis terhadap keselamatan dan kualitas batu bara impor, serta mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk pengujian dan inspeksi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang dalam transkrip konferensi pers hari Selasa (19/3/2019).
Namun Geng Shuang tidak menjelaskan batu bara asal negara mana saja yang termasuk dalam kebijakan tersebut.
Alhasil, aliran pasokan batu bara asal Australia, yang lumrah digunakan sebagai acuan harga global, menjadi terhambat.
Berdasarkan data pelabuhan yang dihimpun oleh Platts, pada dua terminal di pelabuhan Newcastle, Australia hanya terdapat empat kapal yang menunggu antrean pada hari Minggu (17/3/2019). Jumlah lebih sedikit ketimbang minggu sebelumnya, dimana terdapat 6 kapal yang menunggu antrian. Bahkan jauh berkurang sejak awal Maret, dimana terdapat 13 kapal yang menunggu antrean.
Artinya, pengiriman batu bara di Australia sudah berkurang jauh.
Menurut pelaku industri di Australia, China bisa memanfaatkan batu bara lokal untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Menurut analis komoditas konsultan Wood Mackenzie, Shirley Zhang, China memang dapat memenuhi seluruh kebutuhan energinya dengan pasokan batu bara dari dalam negeri.
Pialang batu bara di Singapura juga mengatakan bahwa pasokan batu bara Australia tengah mencari perhatian di pasar lain, seperti India dan Korea Selatan untuk mencari substitusi pasar.
Namun tampaknya dalam waktu dekat, pasokan batu bara Australia masih akan membanjiri pasar dan membuat keseimbangan fundamental masih timpang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Selama sepekan, harga batu bara turun sebesar 1,01% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harganya juga tercatat melemah 8,33%.
Setelah sebelumnya sempat ditutup selama sekitar satu bulan, beberapa tambang batu bara domestik di China telah beroperasi kembali. Sehingga dalam waktu dekat akan ada tambahan pasokan di Negeri Tirai Bambu.
Mengingat China merupakan konsumen batu bara utama di dunia, maka akan berdampak cukup signifikan terhadap keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global.
Selain itu, S&P Global Platts melaporkan bahwa jumlah pelabuhan di China yang memperpanjang waktu pemeriksaan (custom clearing) untuk batu bara impor asal Australia meningkat.
Berdasarkan keterangan dari beberapa pelaku industri, beberapa pelabuhan baru yang diketahui menjalankan aksi tersebut adalah pelabuhan Fuzhoudi provinsi Fujian, pelabuhan Rizhao di Qindao, dan Yingkou di Dalian.
Ini menjadi suatu bukti bahwa pembatasan impor batu bara asal Australia masih tetap diperketat di Negeri Tirai Bambu. Bahkan aturan tersebut diprediksi masih akan terus berlanjut hingga bulan Mei.
Kondisi ini akan membuat importir batu bara asal China akan cenderung mencari alternatif dari batu bara Australia. Jelas saja, importir akan enggan membeli suatu produk yang berisiko tinggi.
Pada akhir Februari, diketahui bahwa pemerintah China memberlakukan pengetatan pemeriksaan barang masuk di beberapa pelabuhan utara Dalian, seperti Bayu Quan, Panjin, Dandong, dan Beiliang, mengutip Platts.
Bahkan pada tanggal 5 Maret, Platts melaporkan bahwa pelabuhan Fangcheng di provinsi Guanxi mengimplementasikan prosedur yang lebih ketat bagi batu bara Australia.
"Pelabuhan yang berbeda bisa memberlakukan prosedur yang berbeda," berdasarkan eksekutif perusahaan pengiriman yang berbasis di Singapura, seperti yang dikutip dari Platts.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah China mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kualitas dari batu bara impor.
"Jawaban saya masih sama dengan yang sebelumnya. Sejalan dengan aturan yang berlaku, Bea Cukai China memberlakukan pengawasan dan analisis terhadap keselamatan dan kualitas batu bara impor, serta mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk pengujian dan inspeksi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang dalam transkrip konferensi pers hari Selasa (19/3/2019).
Namun Geng Shuang tidak menjelaskan batu bara asal negara mana saja yang termasuk dalam kebijakan tersebut.
Alhasil, aliran pasokan batu bara asal Australia, yang lumrah digunakan sebagai acuan harga global, menjadi terhambat.
Berdasarkan data pelabuhan yang dihimpun oleh Platts, pada dua terminal di pelabuhan Newcastle, Australia hanya terdapat empat kapal yang menunggu antrean pada hari Minggu (17/3/2019). Jumlah lebih sedikit ketimbang minggu sebelumnya, dimana terdapat 6 kapal yang menunggu antrian. Bahkan jauh berkurang sejak awal Maret, dimana terdapat 13 kapal yang menunggu antrean.
Artinya, pengiriman batu bara di Australia sudah berkurang jauh.
Menurut pelaku industri di Australia, China bisa memanfaatkan batu bara lokal untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Menurut analis komoditas konsultan Wood Mackenzie, Shirley Zhang, China memang dapat memenuhi seluruh kebutuhan energinya dengan pasokan batu bara dari dalam negeri.
Pialang batu bara di Singapura juga mengatakan bahwa pasokan batu bara Australia tengah mencari perhatian di pasar lain, seperti India dan Korea Selatan untuk mencari substitusi pasar.
Namun tampaknya dalam waktu dekat, pasokan batu bara Australia masih akan membanjiri pasar dan membuat keseimbangan fundamental masih timpang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Most Popular