Wall Street Diproyeksi Melemah, Ini Beberapa Faktornya

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
20 March 2019 19:30
Wall Street akan cenderung dibuka melemah terbatas pada perdagangan hari ini (20/3/2019).
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Wall Street akan cenderung dibuka melemah terbatas pada perdagangan hari ini (20/3/2019).

Hingga berita ini diturunkan kontrak future Dow Jones dan Nasdaq Composite mengimplikasikan penurunan masing-masing sebesar 15,38 dan 2,03 poin, sementara indeks S&P 500 diimplikasikan juga turun sebesar 3,12 poin.

Rilis data ekonomi yang positif menjadi momok bagi pelemahan Wall Street. Ekspektasi bahwa Bank Sentral AS/The Fed akan bersikap dovish tampaknya bisa terpatahkan karena adanya peningkatan jumlah pelamar kredit kepemilikan rumah (KPR).

Sebagai informasi, pengumuman hasil suku bunga acuan The Fed akan dirilis Kamis (21/3/2019) dini hari pukul WIB 2:00, yang kemudian disusul dengan press conference pada pukul 2:30 WIB.


Berdasarkan indeks seasonal Asosiasi Bankir KPR AS (the Mortgage Bankers Associations), jumlah aplikasi KPR meningkat 1,6% minggu kemarin jika dibandingkan minggu sebelumnya. Kenaikan ini lebih tinggi 1,8% dibandingkan tahun lalu.

Kenaikan aplikasi ini didukung oleh suku bunga KPR yang turun menjadi 4,55% dari 4,64%. Penurunan ini berlaku untuk pinjaman di bawah US$ 484 ribu atau di bawah Rp 6,87 miliar.

"Tingkat suku bunga KPR turun sekali lagi pekan lalu karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan status Brexit yang terus mendorong permintaan investor akan surat utang negara AS, yang akhirnya mendorong penurunan yield (perolehan)", ujar Joel Kan, Wakil Presiden di bidang proyeksi ekonomi dan industri dari Mortgage Banker Association (Asosiasi Bankir KPR) seperti dilansir CNBC International.

Pengumuman ini menunjukkan masyarakat AS masih konsumtif di tengah perlambatan ekonomi global. Alhasil, ada kemungkinan The Fed justru mencoba menggerek suku bunga acuan. 

Selain itu, kekhawatiran China akan mundur dari kesepakatan dagang juga membuat investor khawatir. Kabar terbaru dari menyebutkan bahwa jika tidak ada jaminan penghapusan tarif impor US$ 250 miliar yang rencananya akan dibebankan pada China, maka pihak Xi Jinping enggan untuk menyepakati kesepakatan damai.

China memandang AS terlalu egois karena menginginkan pengawasan yang sangat ketat tanpa memberikan jaminan penghapusan tarif impor.


Pengawasan tersebut terkait perlindungan hak kekayaan intelektual, penghapusan kewajiban transfer teknologi bagi investasi asing di China, nilai tukar yuan yang lebih mencerminkan fundamental dan mekanisme pasar, atau penghapusan subsidi di berbagai sendi perekonomian Negeri Tirai Bambu.

Jika negosiasi dagang ini semakin terlarut-larut, makan kemungkinan perang dagang terekskalasi menjadi semakin besar. Investor tentunya memilih mundur dari bursa saham Amerika.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/dru) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular